Sukses

Neraca Perdagangan Kembali Defisit, IHSG Turun 46 Poin pada Sesi I

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 46,73 poin atau 1,01% ke level 4.573,48 pada sesi pertama pada pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta Rilis neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sekitar US$ 430,6 juta menambah sentimen negatif ke bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak di zona merah pada perdagangan saham siang ini.


Pada sesi pertama penutupan perdagangan saham, Senin (3/3/2014), IHSG melemah 46,73 poin atau 1,01% ke level 4.573,48. Indeks saham LQ45 melemah 1,27% ke level 766,78.


Sebanyak 178 saham bergerak melemah sehingga menambah tekanan ke IHSG. Sementara itu, hanya ada 82 saham menguat dan 60 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham mencapai 103.356 kali dengan volume perdagangan saham 2 miliar saham. Nilai transaksi perdagangan saham pun cukup aktif pada siang ini.


Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 4,67 triliun. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi sekitar Rp 60 miliar. Sementara itu, aksi beli investor lokal mencapai Rp 100 miliar.


Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham agriculture naik 0,39%. Sektor saham aneka industri melemah 1,92%, sektor saham industri dasar turun 1,51%, dan sektor saham manufaktur melemah 1,38%.


Pada sesi pertama hari ini, saham yang melemah atnara lain saham SKBY turun 18,18% ke level Rp 450 per saham, saham EXCL melemah 4,09% ke level Rp 4.460 per saham, dan saham GEMS turun 7,3% ke level Rp 1.650 per saham.


Adapun saham lapis kedua menguat antara lain saham SIAP naik 17,12% ke level Rp 130 per saham, saham PALM naik 10% ke level Rp 385 per saham, saham RMBA menguat 5% ke level Rp 525 per saham, saham KOIN naik 8,11% ke level Rp 280 per saham, dan saham BFIN naik 4,59% ke level Rp 2.280 per saham.


Pengamat pasar modal, David Ferdinandus mengatakan, IHSG bergerak melemah seiring bursa saham regional turut tertekan seiring rilis data ekonomi China. Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi rilis data ekonomi mulai dari inflasi dan neraca perdagangan. Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan sekitar US$ 430,6 juta pada Januari 2014.


"Pelemahan indeks saham ini memang sesuai harapan karena ada potensi aksi ambil untung setelah indeks saham bergerak menguat pada pekan lalu. Aksi ambil untung ini pun lebih cepat pada awal pekan juga dipengaruhi data ekonomi, " kata David, saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini. (Ahm)

Video Terkini