Sukses

Saham PT Timah Makin Manis Karena akan Bagi Saham Bonus

Saham PT Timah Tbk diproyeksikan mengalami tren positif pada 2014 meski kinerja pendapatan menurun sepanjang 2013.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Timah Tbk diproyeksikan mengalami tren positif pada 2014 meski kinerja pendapatannya menurun sepanjang 2013. Kabar baik yang mendukung tren positif saham Timah adalah membaiknya harga nikel.

PT  Timah Tbk (TINS) mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk naik sekitar 19,34% menjadi Rp 515,1 miliar pada 2013. Meski demikian, pendapatan perseroan turun menjadi Rp 5,85 triliun sepanjang 2013, atau turun 20,51% dari periode 2012 sebesar Rp 7,36 triliun.

Analis PT OSO Securities, Andri Goklas menilai, harga nikel telah menopang kinerja PT Timah Tbk sepanjang 2013. Harga rata-rata jual sekitar US$ 22.751 metrik ton pada 2013 dibandingkan periode 2012 sebesar US$ 21.505.

Meski kinerja pendapatan PT Timah Tbk melemah, Andri optimistis kinerja PT Timah Tbk semakin membaik pada 2014. Hal itu didukung dari membaiknya harga nikel pada 2014. Perseroan memperkirakan, harga nikel mencapai US$ 26 ribu/ton.

Manajemen PT Timah Tbk dalam rilisnya 17 Februari 2014 menjelaskan, pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32 tahun 20013 tentang ketentuan ekspor timah, diyakini perseroan akan memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan usaha penambangan di Indonesia.

Hal itu dapat medongkrak harga timah dunia mengingat posisi Indonesia sebagai eksportir terbesar di dunia.

Dengan adanya peraturan itu membuat perseroan melakukan penjualan logam baloknya melalui satu pintu yaitu bursa komoditi dan derivatif Indonesia. Penjualan ini dilakukan dengan dua syarat yaitu kualitas Sn 99.90% dan asal usul bijih timah harus jelas dari Izin Usaha Pertambangan clear dan clean.

Proyeksi Bahana Securities

Dalam laporan riset PT Bahana Securities, kebijakan tersebut dapat mendorong kenaikan harga timah. Harga jual timah diproyeksikan di atas US$ 24 ribu per ton pada 2014-2015. Harga ini meningkat dibandingkan 2013 di kisaran US$ 22.751 per ton.

Dengan kenaikan harga nikel itu, PT Bahana Securities memproyeksikan, penjualan perseroan menjadi Rp 6,13 triliun dan laba bersih menjadi Rp 490 miliar  pada 2014.
Adapun proyeksi price earning (PE) TINS menjadi 14,6 kali pada 2014 dibandingkan periode 2013 sebesar 13,9x. PE ini sebagai ukuran untuk menganalisa saham secara fundamental. Jadi PE itu membandingkan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.

Perseroan juga berencana menggabungkan anak usahanya PT Tambang Timah Tbk dalam unit usahanya. Penggabungan usaha ini untuk menyederhanakan izin dan proses bisnis di pertambangan timah.

PT Timah Tbk memiliki 100% saham di PT Tambang Timah. Anak usaha perseroan ini memiliki usaha di bidang sama yaitu pertambangan dan produksi timah. Oleh karena itu, perseroan sering mengalami tumpang tindih dalam praktik pemanfaatan sumber daya yang dimiliki masing-masing perusahaan.

"Dengan merger ini dapat menambah kinerja perseroan," ujar Andri saat dihubungi Liputan6.com, Senin (10/3/2014).

Selain itu, perseroan juga juga akan membagikan saham bonus senilai Rp 120,79 miliar kepada pemegang saham. Saham bonus itu berasal dari agio saham hasil dari penawaran saham perdana. Adapun setiap pemegang 544 saham dengan nilai nominal Rp 50 akan memperoleh 261 saham bonus.

"Saham bonus ini sebagai pemanis sama seperti dividen," kata Andri.

Untuk melakukan aksi korporasi ini, perseroan akan meminta izin pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Maret 2014.

Rekomendasi Saham

Andri merekomendasikan beli untuk saham TINS. Ia melihat, penerapan Undang-undang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) tidak berdampak terhadap perseroan. Selain itu, harga nikel diproyeksikan membaik dapat menopang penguatan saham TINS.

"Masih rekomendasi buy dengan target harga Rp 1.950," ujar Andri.

Dalam riset PT Bahana Securities, kinerja PT Timah Tbk sesuai harapan. Oleh karena itu, PT Bahana Securities memberikan rekomendasi buy.

Pada perdagangan saham Senin (10/3/2014), saham TINS turun 1,62% ke level Rp 1.825 per saham.