Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) telah merilis kinerja 2013 dengan hasil kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan harga jual batu bara turun sekitar 19% year on year (yoy).
Â
PT Adaro Energy Tbk mencatatkan laba bersih turun hampir 40% menjadi US$ 231 juta pada 2013. Hasil kinerja ini sesuai konsensus analis. Selain itu, pendapatan turun menjadi US$ 3,3 miliar pada 2013.
Advertisement
Â
Perusahaan yang dipimpin Garibaldi Thohir ini mampu mencatatkan produksi sekitar 52,3 juta ton. Namun, sayang harga jual batu bara turun menjadi US$ 57,7 per metrik ton.
Â
Selain itu, perseroan mencatatkan cost of goods sold (COGS) turun 15% pada kuartal IV 2013 menjadi US$ 671 juta dari periode sama tahun 2012 sebesar US$ 788 juta. Akan tetapi, biaya operasional perseroan naik 6% year on year (yoy).
Â
Dalam riset PT Bahana Securities menyebutkan, kinerja emiten baru bara ini masih cenderung melemah pada 2014. Harga batu bara yang melemah masih berlanjut pada 2014. Berdasarkan harga acuan Newcastle, harga batu bara turun 17% year to date menjadi US$ 72,7 per metrik ton.
Â
Oleh karena itu, PT Bahana Securities memperkirakan pendapatan perseroan tumbuh sekitar 3,7-6,2% pada 2014-2015. "Kami percaya tahun 2014 menjadi tahun menantang bagi Adaro meski pun biaya lebih rendah," tulis riset PT Bahana Securities, Rabu (12/3/2014).
Â
Rekomendasi Saham
Â
Riset Bahana Securities memperkirakan, pendapatan PT Adaro Energy Tbk sekitar US$ 3,58 miliar dan laba bersih sekitar US$ 255 juta pada 2014. Dengan menurunkan target kinerja pendapatan dan risiko meningkat seiring harga batu bara melemah dan rupiah melemah, PT Bahana Securities menurunkan target harga Adaro menjadi Rp 850 per saham. "Ada potensial penurunan sekitar 12%," tulis riset itu.
Pada perdagangan saham Rabu (12/3/2014), saham ADRO turun 1,04% menjadi Rp 955 per saham. Frekuensi perdagangan saham sekitar 2.128 kali dengan nilai transaksi Rp 31,3 miliar.