Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan korupsi oleh mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait permohonan keberatan pajak PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ikut memberikan sentimen negatif bagi saham emiten berkode BBCA itu. Saham BCA yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok setelah diterpa kasus tersebut.
Dalam pantauan akhir sesi I perdagangan, saham BBCA berada pada Rp 11.025 per saham atau turun 150 poin sebesar 1,34% ketimbang perdagangan sehari sebelumnya.
Rontoknya saham BCA, tak membuat khawatir Presiden Direktur perbankan tersebut, Jahja Setiaatmadja. Saat dikonfirmasi mengenai saham itu, Pria berkacamata ini tampak tenang.
Dia mengaku, kenaikan dan penurunan harga saham di perdagangan bursa merupakan hal yang biasa. "Harga saham naik turun mah biasa. Setiap hari juga naik turun," kata Jahja kepada wartawan di kantornya, Jakarta, (22/4/2014).
Selain itu, penurunan harga saham BCA ini didorong dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi ke level 4.863,23 atau turun 28,05 poin atau 0,57%.
Selain keberatan pajak di 2002, Jahja mengaku, pihaknya pernah mengajukan keberatan pajak pada 1998, namun ditolak oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
"Pernah mengajukan keberatan pajak tapi ditolak. Lalu kami naik banding, tapi karena proses formal yang diajukan salah tata cara pemeriksaannya, jadi kami dinyatakan menang oleh pengadilan pajak," tukas Jahja.
Dalam riset PT Samuel Sekuritas yang diterbitkan hari ini menyebutkan kasus menyeret mantan ketua BPK Hadi Purnomo terkait permohonan keberatan pajak BCA ini memberikan sentimen negatif bagi harga saham emiten berkode BBCA akibat penurunan kualitas Good Corporate Governance (GCG).
Advertisement
Sejumlah kejadian yang pernah menimbulkan sentimen negatif bagi harga saham bank akibat kejahatan yang dilakukan orang dalam bank di antaranya kasus LC fiktif BNI pada akhir 2003, kasus penyelewengan kredit Bank Jatim pada 2013.
Pada perdagangan saham sesi kedua, saham BCA bergerak melemah 1,12% ke level Rp 11.050 per saham dengan nilai transaksi saham sekitar Rp 211,2 miliar.