Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten properti mencetak untung besar sepanjang tiga bulan pertama 2014. Padahal kinerja emiten properti sepanjang tiga bulan pertama 2014 dinilai mulai menunjukkan perlambatan.
Berdasarkan data RTI, saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) merupakan emiten properti yang mencetak kenaikan saham tertinggi sepanjang tiga bulan pertama 2014. Saham CTRS naik 83,21% menjadi Rp 2.400 per saham pada 28 Maret 2014. Lalu disusul saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 54,67% ke level Rp 1.160 per saham.
Baca Juga
Analis PT Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menuturkan, harga saham emiten properti ini naik secara teknikal. Hal itu mengingat sejak semester II 2013, saham properti mengalami perlambatan. Berdasarkan data BEI, indeks sektor saham properti hanya mampu naik 3,2% secara year to date pada 30 Desember 2013. Pelaku pasar dinilai mengakumulasi saham properti yang valuasinya dinilai murah pada awal tahun.
Advertisement
"Awal tahun rebound karena pertengahan tahun lalu kinerja turun signifikan. Mungkin ini lebih karena rebound saja bukan karena kinerja fundamental," ujar Adrianus saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (6/5/2014).
Meski saham emiten properti naik signifikan, Adrianus menilai kinerja emiten properti mulai melambat sepanjang tiga bulan pertama 2014. Kinerja melambat itu didorong sejumlah faktor. Pertama suku bunga acuan naik menjadi 7,5% sejak 2013.
Kedua, aturan loan to value (LTV) dari Bank Indonesia (BI). Ketiga, nilai tukar rupiah melemah. Rupiah sempat berada di kisaran Rp 12.210 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Memang biasanya seasonal kalau kuartal pertama itu launching cluster tidak terlalu banyak," kata Adrianus.
PT Agung Podomoro Land Tbk mencapatkan laba naik 20,66% menjadi Rp 295,85 miliar pada kuartal I 2014. Lalu pendapatannya hanya naik tipis 1,9% menjadi Rp 1,16 triliun.
Adrianus melihat, ada emiten yang mencatatkan penurunan laba signifikan seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk karena kasus spesial. PT Bumi Serpong Damai Tbk membukukan laba turun 60% menjadi Rp 488,63 miliar pada kuartal I 2014. Sementara itu, pendapatan turun 39% ke level Rp 1,25 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2014.
"BSDE special case karena tahun lalu mereka menjual tanah ke perusahaan joint venture maka kinerja naik signifikan pada tahun lalu," tutur Adrianus.
Proyeksi Sektor Properti
Adrianus melihat pelaku industri properti masih melihat situasi pemilihan umum (Pemilu). Namun kinerja sektor properti diprediksikan masih berpotensi membaik. Hal itu karena nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 11 ribu telah diterima dan inflasi menurunan. "Potensi naik ada tapi memang tidak terlalu besar," kata Adrianus.
Adrianus pun merekomendasikan saham PT Pakuwon Jati Tbk untuk dicermati pelaku pasar. "Rekomendasi buy dengan target harga Rp 390," kata Adrianus.
Â
Emiten |
Harga Saham |
Pertumbuhan Kuartal I 2014 |
PT Ciputra Surya Tbk |
Rp 2.400 |
83,21% |
PT Surya Internusa Semesta Tbk |
Rp 955 |
70,54% |
PT Ciputra Development Tbk |
Rp 1.160 |
57,76% |
PT Metropolitan Kentjana Tbk |
Rp 14.500 |
52,63% |
PT Duta Anggada Realty Tbk |
Rp 655 |
47,19% |
PT Intiland Development Tbk |
Rp 453 |
43,81% |
PT Alam Sutera Realty Tbk |
Rp 595 |
38,37% |
PT Summarecon Agung Tbk |
Rp 1.065 |
36,54% |
PT Ciputra Properti Tbk |
Rp 830 |
33,87% |
PT Agung Podomoro Land Tbk |
Rp 283 |
31,63% |
PT Pakuwon Jati |
Rp 350 |
29,63% |
PT Bumi Serpong Damai Tbk |
Rp 1.635 |
26,74% |
PT Plaza Indonesia Realty Tbk |
Rp 2.500 |
30,21% |