Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bumi Resources Tbk bergerak naik di tengah rencana aksi korporasi penawaran umum terbatas/rights issue. Harga saham BUMI menguat 1,53% ke level Rp 199 per saham pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu (7/5/2014).
Berdasarkan data RTI, pada awal perdagangan saham hari ini, saham BUMI sempat dibuka melemah tiga poin ke level Rp 193 per saham. Harga saham BUMI sempat berada di level tertinggi Rp 205 dan terendah Rp 193 per saham.
Baca Juga
Emiten batu bara grup Bakrie ini memang tak sepi dari aksi korporasi. Sebelumnya perseroan berencana melakukan private placement dengan non Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Akan tetapi, PT Bumi Resources Tbk ingin melakukan penawaran umum terbatas/right issue dengan HMETD dengan mengincar dana Rp 6,54 triliun.
Advertisement
Perseroan melepas sebanyak-banyaknya 26,17 miliar saham atas nama seri B dengan nilai nominal Rp 100. Harga pelaksanaan penawaran saham Rp 250 per saham. Jadi total dana yang akan diraup perseroan sekitar Rp 6,54 triliun.
Mengutip dari prospektus yang ditulis Rabu (7/5/2014), setiap pemegang 50 saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 17 Juni 2014 mempunyai 63 HMETD. Setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru seri B.
Apabila pemegang saham tidak melaksanakan haknya dalam pelaksanaan rights issue, kepemilikan saham akan terdilusi sebesar 55,75%. Untuk melaksanakan aksi korporasi, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham pada 5 Juni 2014 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Dana hasil rights issue ini antara lain sebesar AS$ 150 juta atau setara Rp 1,72 triliun digunakan untuk melunasi utang dari China Investment Corporation melalui Country Forest Limited. Total sisa pinjaman sekitar AS$ 1,3 miliar itu jatuh tempo pada 18 September 2014 sebesar AS$ 700 juta dan AS$ 600 juta pada 18 September 2015.
Lalu dana hasil rights issue juga untuk melunasi utang kepada Castleford Investment Holdings Plc, sekitar AS$ 225 juta untuk pelunasan utang guarranteed convertible bond due, dan sisanya untuk modal kerja.
Berdasarkan prospektus, pemegang saham antara lain Long Haul Holding Ltd sebesar 73%, Minarak Labuan sebesar 21,99%, PT Bakrie Capital Indonesia sebesar 2,12%, PT Taspen sebesar 0,14%, PT Jan Damadi Corp sebesar 0,13%, PT Jamsostek sebesar 0,07%, dan masyarakat sebesar 2,53%.
Saat dikonfirmasi mengenai rencana rights issue itu, Direktur PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava belum membalas pesan singkat Liputan6.com.
Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan menuturkan, rencana aksi korporasi BUMI ini sedikit mengejutkan. Hal itu karena pihaknya melihat BUMI seperti ingin segera cepat melunasi pinjamannya ke CIC.
"Mungkin ada pemegang saham yang menginginkan percepatan pelunasan utang. Tujuannya memang bagus karena permasalahan selama ini adalah utang," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, meski demikian aksi korporasi BUMI ini menjadi masalah karena dapat menambah jumlah saham di publik semakin besar dengan rights issue. "Seperti hukum ekonomi ketika barangnya banyak di pasar maka harganya akan turun," kata Alfred.
Selain itu, harga pelaksanaan rights issue sekitar Rp 250, menurut Alfred cukup premium. Harga saham BUMI ditransaksikan di kisaran Rp 205- Rp 193 per saham pada hari ini. Oleh karena itu, Alfred menilai, pelaksanaan rights issue ini cukup sulit kecuali PT Bumi Resources Tbk telah memiliki anchor untuk menyerap saham rights issue.
Alfred menegaskan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mencermati aksi korporasi ini. Hal itu mengingatkan berkaitan pemegang saham publik. Apalagi saat ini belum jelas mengenai rencana aksi korporasi BUMI yang sebelumnya yaitu private placement dengan non HMETD. "Manajemen belum sampaikan apakah rights issue ini dilakukan setelah private placement atau sebaliknya," kata Alfred.