Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat  (AS) menghijau seiring rilis data tenaga kerja yang membaik. Berdasarkan laporan pemerintah AS, jumlah lapangan kerja meningkat sehingga menurunkan jumlah angka pengangguran.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu, (7/6/2014), indeks S and P 500 tercatat naik 8,98 poin atau 0,46 persen menjadi 1.949,44. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 88,17 poin, atau 0,52 persen menjadi 16.924,28. Kedua indeks tersebut mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks Nasdaq juga menguat 25,17 atau 0,59 persen menjadi 4.321,40.
kenaikan indeks tersebut terjadi setelah Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporannya. Jumlah lapangan kerja pada bulan Mei kemarin meningkat 217 ribu, setelah sebulan sebelumnya juga mengalami peningkatan 282 ribu. Peningkatan jumlah lapangan kerja di AS terjadi dalam empat bulan berturut-turut. Merupakan pertama kalinya sejak awal tahun 2000.
Secara tak terduga, tingkat pengangguran juga dilaporkan berada di level 6,3 persen. Level terendah dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
"Para pelaku pasar memberikan sentimen positif terhadap data-data tersebut karena memberikan harapan akan perbaikan ekonomi di Amerika," jelas Kepala Investasi Solaris Asset Management LLC in New York, AS, Timothy Ghriskey, menanggapi kenaikan indeks-indeks acuan di AS tersebut.
"Peningkatan jumlah lapangan kerja ini memberikan harapan besar sejak resesi," tambah Kepala Investasi Wells Fargo Private Bank, Cameron Hinds. Menurutnya, Amerika telah menunjukkan perbaikan ekonomi yang cukup baik setelah beberapa waktu sebelumnya terus-menerus memberikan sinyal negatif.
Sebelumnya, pejabat Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) mengungkapkan kebijakan yang akan diambil oleh mereka akan sangat tergantung kepada data-data ekonomi mengenai pertumbuhan pasar tenaga kerja dan juga angka pengangguran.
Data-data tersebut akan mempengaruhi apakah The Fed akan kembali mengurangi stimulus yang selama ini telah dilakukan dan juga apakah mereka akan menaikkan suku bunga acuan.
Langkah yang mungkin akan dilakukan oleh The Fed ini sangat berlawanan dengan apa yang telah dilakukan oleh Bank Sentral Eropa. Kemarin, Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi memutuskan untuk mengurangi suku bunga deposito menjadi minus 0,1 persen dari sebelumnya yang berada di level 0 persen. ECB menjadi bank sentral pertama di dunia yang menggunakan suku bunga negatif.
Selain pemotongan suku bunga, Bank Sentral Eropa juga meluncurkan paket kebijakan likuiditas baru dalam upaya untuk mendorong perbankan agar mau menyalurkan kredit ke usaha kecil menengah. (Gdn)