Liputan6.com, Jakarta Saham PT Bumi Resources Tbk, perusahaan tambang batu bara (BUMI) mengalami tekanan pada awal pekan keempat Juni 2014. Tekanan itu dinilai dari restrukturasi utang obligasi PT Bumi Resources Tbk.
Pada penutupan perdagangan saham Senin (23/6/2014), saham BUMI melemah 14,38 persen ke level Rp 131 per saham, atau turun Rp 22 dari penutupan Jumat 20 Juni 2014 di level Rp 153 per saham.
Saham BUMI sempat berada di level tertinggi Rp 153 per saham dan terendah Rp 129 per saham pada Senin pekan ini. Total frekuensi perdagangan saham mencapai 4.731 kali dengan nilai transaksi perdagangan saham Rp 29,1 miliar.
Advertisement
Saham BUMIÂ cenderung tertekan sepanjang 2014. Melihat data Bloomberg, saham BUMI turun 56,3 persen dari Rp 300 pada penutupan perdagangan saham 30 Desember 2013 menjadi Rp 131 per saham pada Senin 23 Juni 2014.
Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, saham BUMI cenderung tertekan dipicu dari perseroan yang mencoba restukturisasi obligasi. Jadi hal itu direspons negatif oleh pelaku pasar.
"Sentimen BUMI masih seputar penyelesaian utang. Potensi gagal bayar menjadi sentimennya," kata Reza.
Pada Senin pekan ini, manajemen PT Bumi Resources Tbk mengumumkan kalau pertemuan pemegang obligasi tidak dapat dilakukan pada 20 Juni 2014. Hal itu dikarenakan pemegang obligasi konversi tidak mencapai kuorum dalam rapat pemegang obligasi konversi.
Perseroan dan Enercoal Ltd mengubah persyaratan dan ketentuan atas obligasi konversi bergaransi senilai US$ 375 juta dengan kupon bunga 9,25 persen. PT Bumi Resources Tbk dan Enercoal mengajukan permohonan persetujuan untuk memperpanjang jatuh tempo obligasi itu melebihi jangka waktu yang ada sekarang.
"Rapat pemegang obligasi konversi tidak mencapai kuorum pada Juni 2014. Kami mengharapkan negosiasi dengan pemegang obligasi konversi tetap berlanjut, dan mencapai kesepakatan pada Agustus 2014," ujar Dileep saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Selasa (24/6/2014). (Ahm/)