Liputan6.com, New York - Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup memerah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi) setelah benchmark ekuitas sempat mencetak rekor minggu lalu. Laporan peningkatan kekerasan di Timur Tengah membayangi keyakinan tentang pertumbuhan ekonomi di negara terbesar di dunia tersebut.
Melansir laman Bloomberg, indeks Standard & Poor (SPX) turun 0,6 persen menjadi 1.949,98 pada pukul 4 sore waktu setempat di New York. Indeks Dow turun 119,13 poin, atau 0,7 persen, menjadi 16.818,13. Sementara indeks Volatilitas Chicago Board Options Exchange diketahui, melonjak 10 persen menjadi 12.13.
"Dengan pasar saham yang sempat mendekati harga tertinggi sepanjang masa di sisi lain GDP dan pertumbuhan pendapatan sedikit melambat membuat orang-orang sedikit gugup," ujar Matt Maley, Ahli Strategi Ekuitas Miller Tabak & Co yang berbasis di London,
Pada saham perusahaan, penurunan dipimpin saham perusahaan energi. Di mana saham Exxon Mobil Corp tercatat turun 1,6 persen dan Pioneer Natural Resources Co merosot 4,8 persen. Intercontinental Exchange Inc turun 4 persen setelah analis menurunkan peringkat sahamnya.
Advertisement
Saham JPMorgan Chase & Co, Boeing Co dan United Technologies Corp susut setidaknya 1,2 persen membuat Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan terbesar dalam sebulan dan VIX (VIX) indeks volatilitas melonjak terbesar sejak April.
Ekuitas mulai menghapus keuntungan bursa AS setelah pada sore hari dilaporkan pesawat tempur Suriah menyerang target di Irak barat, menewaskan sedikitnya 50 orang. Indeks utama memperpanjang kerugian kepada akhir jam perdagangan dimulai.
Menlu AS sebelumnya Negeri John Kerry berada di Irak berusaha untuk mendorong para pemimpin negara untuk bersatu melawan upaya penguasaan kembali al-Qaeda yang telah merebut kendali atas wilayah negara, produsen minyak terbesar kedua OPEC.
Stephen Carl, Pimpinan dan Kepala Pedagang Ekuitas Williams Capital Group LP, mengatakan mereka tidak tahu akan memilih apa karena apapun tindakan tiba-tiba di Timur Tengah akan menjadi pemicu. Kita akan melihat berita yang ada apakah kondisi akan stabil atau terus berlanjut," kata dia.
Di sisi lain, ekuitas memulai hari setelah laporan Departemen Perdagangan menunjukkan pembelian rumah baru di AS naik pada bulan Mei. Ini menjadi yang paling dalam 22 tahun, menunjukkan industri ini rebound dari jeda musim dingin yang terjadi pada awal tahun ini.
Kemudian Indeks Conference Board kepercayaan konsumen AS meningkat ke level 85,2 pada Juni dari 82,2 pada bulan sebelumnya, menurut kelompok riset swasta berbasis di New York. Proyeksi median dalam survei Bloomberg dari 70 ekonom menyerukan levelnya berada di 83,5 pada bulan Juni.
Indeks S&P 500 naik lebih dari 8 persen sejak masuk kelevel terendah pada 11 April. Ini menunjukkan perekonomian sudah mulai pulih dari dampak cuaca ekstrim dipicuhanya penurunan kuartal pertama produk domestik bruto sejak tahun 2011.
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Charles Plosser mengatakan cukup optimis pertumbuhan ekonomi akan melebihi 2,4 persen untuk sisa ini. (Nrm/)