Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan setelah sempat menguat dalam jangka waktu terpanjang sejak 1998. Pelemahan tersebut terganjal penjualan rumah yang lebih rendah dari prediksi data manufaktur.
Mengutip laman Bloomberg, Selasa (1/7/2014), indeks saham S&P 500 merosot tipis, kurang dari 0,1 persen ke level 1.960,03 pada perdagangan pukul 04.00 waktu New York. Begitu pula dengan indeks Dow Jones Industrial Average yang merosot 27,19 poin atau 0,2 persen menjadi 16.824,65 hari ini.
Berbeda dari yang lain, indeks Nasdaq Composite justru naik 0,2 persen.
"Harga-harga saham di pasar kini tak lagi cepat jatuh karena sedikit gangguan atau melejit mahal karena sejumlah sentimen. Saham masih menjadi satu-satunya permainan di kota ini. Aksi jual kemungkinan ada, tapi harga saham masih akan tetap tinggi," ungkap Ekonom South Texas Money Management Jim Kee.
Sebelumnya, indeks saham S&P 500 dan Dow Jones menguat setelah sejumlah data menunjukkan jumlah kontrak pembelian rumah yang akan dilakukan penduduk AS melonjak hingga 6,1 persen pada Mei. Itu merupakan angka tertinggi selama lebih dari empat tahun sekaligus menjadi tanda bangkitnya pasar properti setelah terus menunjukkan perlambatan hingga saat ini.
Kenyataannya, laporan indeks pembelian manajer Chicago (PMI) dari Institute for Supply Management-Chicago Inc menunjukkan adanya penurunan ke level 62,6 di akhir bulan. Padahal sebelumnya level indikator sahamnya hanya diprediksi merosot hingga ke level 63 poin. (Sis/Ndw)
Wall Street Melemah Tergerus Data Perumahan AS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan setelah sempat menguat dalam jangka waktu terpanjang sejak 1998.
Advertisement