Liputan6.com, New York - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor menyatakan Argentina gagal bayar setelah pemerintah kehilangan waktu untuk membayar obligasi sekitar US$ 13 miliar.
S&P pun memangkas kredit utang Argentina dalam bentuk mata uang asing menjadi selective default dari peringkat CCC. Pemangkasan kredit dan gagal bayar ini setelah pemegang obligasi tidak mendapatkan pembayaran dari pemerintah.
Salah satu negara di Amerika Latin ini tidak dapat membayar bunga US$ 539 juta kepada pemegang obligasi setelah seorang hakim Amerika Serikat (AS) memutuskan pembayaran bunga tidak dapat didistribusikan kecuali hedge fund yang memegang utang macet juga dibayar.
Advertisement
Pertemuan antara pemerintah dan investor diadakan untuk pertama kali tadi malam. Hal ini dilakukan setelah berminggu-minggu menghindari negosiasi langsung, dan menggugat negara untuk melunasi utang macet sekitar US$ 1,5 miliar dari 2001.
Pembayaran yang jatuh temponya pada 30 Juni, tunduk pada tenggang waktu 30 hari, yang berakhir pada Rabu waktu setempat. Negara tersebut memiliki waktu hingga tengah malam untuk memecahkan kebuntuan antara pemerintah dan hedge fund yang tidak sepakat dengan hakim AS.
Argentina pun tidak memiliki pilihan lagi untuk menghindari pembayaran. Penilaian default atau gagal bayar ini akan tetap sampai Argentina melakukan pembayaran obligasi pada Agustus.
"Jika Argentina melakukan pembayaran terhadap obligasinya. Kami akan merevisi rating Argentina berdasarkan penilaian terhadap risiko Argentina, akses ke pasar utang internasional dan profil kredit keseluruhan," tulis pernyataan S&P.
Adapun pembayaran penyelesaian utang dengan kreditur yang dipimpin oleh Paul Singer dari Elliot Management Corp terus berlanjut setelah seorang bankir Argentina dan mantan pejabat Departemen Ekonomi tiba di New York untuk membuat proposal menit terakhir yang bertujuan memecahkan perselisihan.
Goldman Sachs menilai, Argentina mungkin akan bangkit dari default dalam beberapa hari mendatang jika kesepakatan tercapai.
"Ada harapan bahwa kesepakatan dengan holdouts akan segera bekerja. Default Argentina diperkirakan berumur pendek, dan seharusnya tidak memiliki implikasi besar bagi negara," ujar Mauro Roca, ekonom senior Goldman Sachs seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (31/7/2014).
Harga untuk restrukturisasi obligasi Argentina melonjak hari ini. Hal itu karena spekulasi kesepakatan akan tercapai dengan catatan harga obligasi naik 10,1 sen menjadi US$ 95,57, tertinggi dalam tiga tahun.
Salah seorang pejabat pun menyebutkan, Sebastian Palla, Head of Invesment Banking Banco Macro SA menyajikan sebuah proposal dari anggota asosiasi perbankan lokal Adeba untuk membeli obligasi macet dari investor yang memenangkan gugatan untuk pelunasan.
Palla merupakan kepala dana pensiun swasta Argentina sebelum dinasionalisasikan pada 2008,dan bekerja di Departemen Ekonomi sebagai wakil menteri keuangan pada 2003-2005.