Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor baru sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. IHSG sentuh level 5.224,14 pada penutupan perdagangan saham Rabu 3 September 2014. Lalu melihat kondisi itu, apakah IHSG akan kembali mencetak rekor baru pada 2014?
Analis PT OSO Securites, Andri Goklas mengatakan, IHSG masih berpeluang bergerak ke level tertinggi sampai akhir tahun. Andri memproyeksikan, IHSG mampu menembus di level 5.400.
"Kalau target akhir tahun, kita lihat presiden baru mengeluarkan kebijakan seperti apa, kalau saya lihat tidak menutup kemungkinan di level 5400," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis (4/9/2014).
Dia menerangkan, tenaga pendorong IHSG diperoleh dari sentimen positif pemerintah ke depan dalam menata susunan kabinet serta merencanakan program pembangunan ekonomi.
Menurut Andri, pemerintahan baru dapat menjaga angka inflasi, tingkat suku bunga, yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun begitu pihaknya menjelaskan, laju IHSG juga tak sepenuhnya mulus. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi penghambat laju IHSG. Dia menerangkan, kenaikan harga BBM memicu terjadinya inflasi yang berarti bakal menjadi sentimen negatif penekan indeks saham.
"Kenaikan BBM mengkhawatirkan, semua kebutuhan pokok bisa naik. Secara yoy itu hingga 3,99 persen dari BI sendiri memproyeksi 4 persen. Diharapkan tidak sampai 4 persen itu berarti ekonomi bisa stabil," ujar Andri.
Di sisi lain, asumsi valuasi saham yang mahal tak akan menjadi penghalang laju IHSG. Andri menjelaskan, valuasi saham mengikuti fundamental emiten. Semakin baik fundamentalnya, maka secara otomatis valuasinya pun terangkat. Jadi, asumsi valuasi saham mahal bisa jadi kurang tepat karena valuasi mengikuti kinerja emiten.
"Jadi begini kita lihat valuasi saham dari fundamental. Kalau fundamental membaik harga akan berubah, otomatis kalau kita lihat makin membaik," tutur Andri.
Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, IHSG memiliki kesempatan untuk tembus di level maksimal 5.800. Hal itu didorong dengan ekspektasi terhadap kinerja pemerintahan baru. Hans menjelaskan, pemerintah baru akan melakukan perbaikan ekonomi dengan cara pengendalian subsidi BBM.
"Hal ini kalau BBM naiknya terkendali. Naiknya di bawah Rp 2.000 sehingga inflasi 2-3 persen. Lalu ada program kompensasi baik BLT atau program lain. Dan upaya menekan inflasi seperti untuk transportasi barang dan orang. Baik pengurangan pajak atau perbedaan harganya," jelas dia.
Hans menambahkan, IHSG juga didorong dari wilayah regional. Menurut Hans, The Fed tak akan mempercepat kenaikan suku bunga pada tahun ini.
"Fed rate baru akan naik di Maret atau tengah tahun 2015. Data pengangguran masih akan jadi konsen The Fed sampai akhir tahun ini," ujar Hans.
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securites, Satrio Utomo meramal, IHSG akan bergerak di kisaran 5.200-5.650 pada semester II 2014.
Rekomendasi Saham di Sisa Akhir Tahun 2014
Andri melirik, beberapa saham yang bakal menarik sampai akhir tahun ini. Di sektor perbankan dia merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Hal itu karena kinerja yang baik terlihat dari pendapatan berulang (recurring income).
Lalu di sektor konstruksi dia memilih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP). Itu didorong oleh program pemerintah yakni MP3EI.
Sementara Hans melihat beberapa sektor saham seperti infrastruktur, bank, dan konstruksi untuk dicermati pelaku pasar. Dia merekomendasikan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Lalu saham pilihan lainnya seperti saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP). (Amd/Ahm)
Advertisement
Â
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!