Sukses

Ini Pria Reject yang Sukses Bangun Pabrik Keramik 15 Besar Dunia

Tandean, pria kelahiran Pontianak ini menyebut dirinya sebagai orang kere atau manusia reject.

Liputan6.com, Jakarta -
Terlahir dari keluarga miskin bukan sesuatu yang patut disesali. Tandean Rustandy menyadari hal itu. Dia harus berdarah-darah membiayai kuliahnya. Hasilnya, kini pria tersebut tercatat sebagai Direktur Utama perusahana keramik besar di Indonesia, PT Arwana Citramulia Tbk.  
 
Arwana Citramulia merupakan perusahaan keramik yang mulai melantai di bursa pada 2001. Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menyandang kode emiten ARNA.   
 
Tandean, pria kelahiran Pontianak ini menyebut dirinya sebagai orang kere atau manusia reject. Pasalnya dia harus banting tulang untuk membiayai kuliah S1 di Colorado, Amerika Serikat (AS). 
 
"Saya terlahir bukan dari keluarga berada. Ibu saja terpaksa menjual harta supaya saya bisa kuliah di luar negeri. Biaya kuliah pun saya tutupi dengan kerja mati-matian, termasuk untuk S2 di Chicago," paparnya dalam acara Investor Summit 2014, Jakarta, Kamis (18/9/2014). 
 
Tandean tak ingin menyia-nyiakan perjuangan sang Ibu yang telah berkorban banyak untuk dirinya. Dia bertekad merintis usaha keramik mulai dari nol. Bisnis ini dijalaninya sejak 1994. 
 
"Anda yang disini mungkin tidak mengenal Arwana, tapi kami masuk dalam 15 besar dunia. Kami terkenal dengan cost leader US$ 3 dengan net profit 18,3 persen atau lebih tinggi dibandingkan rival Dynasti Tiletop," sambungnya. 
 
Dia menilai investor pasar modal selama ini kerap merendahkan perusahaan lokal. Padahal perusahaan dalam negeri mampu bersaing dan mengalahkan posisi perusahaan asing. 
 
Prestasi tersebut, Tandean bilang, tak terlepas dari strategi pangsa pasarnya yang membidik kalangan menengah ke bawah. Dijelaskannya, pangsa pasar ini paling konsisten dan akan berkembang seiring dengan peningkatan GDP Indonesia. 
 
Kini, dia menyebut, Arwana Citramulia telah mempunyai lima pabrik keramik di Tanah Air, seperti di Palembang, Tangerang, Gresik, dan lainnya. 
 
Berbekal niat ingin mendongkrak pertumbuhan perusahaan, perusahaan keramik ini memutuskan untuk melepas saham perdana ke publik (Innitial Public Offering/IPO) pada 2001. 
 
"Saat itu kapitalisasi market kami cuma Rp 65,8 miliar dan kami ditertawakan banyak orang. Tapi biarlah. Sekarang kapitalisasi pasar sudah Rp 7,4 triliun, net profit 21 kali lipat dan net sales bertumbuh 12 kali lipat dari sebelum IPO," bangganya. 
 
Namun demikian, Tandean mengaku, keputusan perusahaannya untuk melantai di bursa saham Indonesia bukan bertujuan mencari keuntungan atau dana segar. 
 
"Lebih penting public governance dan pengawasannya. Dengan begitu, kami bisa disiplin me-manage perusahaan secara profesional karena kinerja kami setiap detik mendapat sorotan dari publik," tutup Tandean. (Fik/Nrm)
 
 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!