Sukses

S&P 500 Alami Kerugian Terbesar Sejak 2011

S&P 500 tergelincir 0,8 persen pada pukul 16.00 waktu New York, AS, setelah sebelumnya juga telah mengalami kejatuhan sebesar 3 persen.

Liputan6.com, New York - Indeks Standard & Poor 500 (S&P 500) terjun bebas alias mengalami penurunan terbesar sejak 2011 sebagai imbas dari aksi jual berlebihan yang dilakukan oleh para pelaku pasar.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/10/2014), S&P 500 tergelincir 0,8 persen pada pukul 16.00 waktu New York, Amerika Serikat (AS) setelah sebelumnya juga telah mengalami kejatuhan sebesar 3 persen. Penurunan Indeks S&P 500 tersebut telah menghapus segala keuntungan yang telah ditorehkan sepanjang tahun ini.

Saham-saham di Bursa Amerika Serikat (Wall Street) anjlok setelah keluar data penjualan ritel AS yang turun sebesar 0,3 persen pada bulan September lalu. Penurunan tersebut lebih tinggi jika dibanding dengan perkiraan para ekonom.

Sementara, China melaporkan bahwa angka inflasinya juga lebih rendah dari perkiraan awal.

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), Janet Yellen, telah mengeluarkan pernyataannya bahwa daya tahan perekonomian di Amerika Serikat lebih lebih baik dari yang diperkirakan oleh para ekonom.

Kepala Analis Interactive Brokers LLC, Andrew Wilkinson menjelaskan, pelaku pasar saat ini sedang dalam kondisi yang tidak nyaman. Kondisi tersebut terjadi setelah melihat data ekonomi penjualan ritel.

"Bahkan jika ada data yang jauh lebih bagus dari perkiraan kemungkinan besar juga akan membuat pasar bergejolak karena melihat tanda-tanda yang saat ini sedang terjadi di dunia," jelasnya.

Ke depannya, pelaku pasar akan melihat kinerja bisnis yang akan dikeluarkan oleh beberapa perusahaan. Sebagian besar perusahaan akan merilis hasil penjualan dan juga laba pada pekan ini. Jika memang data yang ditorehkan cukup baik maka akan bisa mengangkat Wall Street. Namun jika memang di bawah perkiraan maka akan menambah keterpurukannya.

Video Terkini