Sukses

Sentimen Harga BBM Dorong IHSG Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di level support 4.900-5.000 dan resistance 5.075 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih tertekan pada perdagangan saham hari ini seiring pelaku pasar menanti kepastian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik.

Analis PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengatakan, apabila IHSG tertekan itu merupakan hal yang wajar. Mengingat pelaku pasar mengantisipasi harga BBM bersubsidi akan naik. Meski demikian, koreksi indeks saham yang terjadi hanya jangka pendek.

"Kenaikan BBM selalu bermata dua. Untuk long term bagus. Tapi short term jelek. Soalnya ada namanya inflasi, daya beli turun. Itu sebabnya kelihatan sektor saham perbankan, konsumer, properti turun," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (28/10/2014).

Sebelumnya, Tim Transisi pernah mengumumkan akan menaikan harga BBM subsidi sebanyak Rp 3.000 per liter pada bulan November 2014 atau di masa awal pemerintah Presiden Joko Widodo. Satrio bilang angka tersebut tidak terlalu tinggi.

Kenaikan sebesar Rp 3.000 lebih baik  dilakukan segera. Pasalnya, jika dilakukan secara bertahap misal Rp 1.000 per liter untuk tiga kali kenaikan membawa dampak yang beruntun.

Di sisi lain, Satrio mengatakan berita bank sentral Amerika/ The Federal Reserve (The Fed) untuk mengakhiri stimulus  bukan menjadi faktor utama  penekan laju indeks saham. Menurut Satrio, isu tersebut telah diantisipasi pemodal.

Pada perdagangan saham hari ini, dia memprediksi IHSG bergerak pada level support 5.000-4.900 dan resistance pada level 5.075.

"Belum rekemondasi, masih sell on strength. Liat  kalau harga minyak bagus, saham batu bara bisa bergerak melawan pasar," ungkapnya.

Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas, IHSG akan bergerak melemah di kisaran 5.000-5.068 pada Selasa pekan ini. Ada sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi laju IHSG. Pertama, Amerika Serikat (AS) akan merilis data market services PMI-Flash yang diperkirakan ke level 57,5 dari sebelumnya 58,9 dan data pending home sales AS.

"Sedangkan dari dalam negeri menantikan kenaikan harga BBM bersubsidi dan mulai dirilisnya laporan keuangan perseroan kuartal III 2014," tulis laporan PT Sinarmas Sekuritas. (Amd/Ahm)