Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir pekan ini, pasar keuangan mendapatkan sentimen positif dari stimulus bank sentral Eropa yang memutuskan membeli obligasi sekitar 60 miliar per bulan mulai dari Maret 2015 hingga 2016.
Tak hanya itu saja dari dalam negeri kabar mengejutkan dengan adanya penangkapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto oleh kepolisian. Penangkapan ini karena ada kasus di Mahkamah Konstitusi pada 2010. Lalu apakah sentimen dalam negeri ini mempengaruhi pasar keuangan Indonesia?
Menjelang penutupan sesi pertama perdagangan saham Jumat (23/1/2015), IHSG naik 68,94 poin (1,31 persen) ke level 5.322,13. Indeks saham LQ45 mendaki 1,59 persen ke level 925,28. Seluruh indeks saham acuan menguat pada hari ini.
Advertisement
IHSG sempat berada di level tertinggi 5.324,33 dan terendah 5.281,18. Ada sebanyak 199 saham yang menghijau sehingga mengangkat IHSG. 66 saham bergerak di zona merah dan 78 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 184.602 kali dengan volume perdagangan saham 3,4 miliar saham. Transaksi perdagangan saham cukup besar hari ini. Nilai transaksi harian mencapai Rp 4,5 triliun.
Nilai tukar rupiah pun cukup kuat. Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah di kisaran 12.454 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada di posisi 12.444 per dolar AS dibandingkan periode Kamis 22 Januari 2015 di kisaran 12.451.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, penangkapan wakil ketua KPK Bambang Widjojanto oleh Polri tidak terlalu mempengaruhi bursa saham. Hari ini, menurut Satrio, pasar modal Indonesia kembali digairahkan oleh sentimen quantative easing (QE) dari bank sentral Eropa. Dengan adanya stimulus ini membuat aliran dana investor asing akan masuk ke pasar modal Indonesia.
"Tidak pengaruh. Kita berdoa Bambang Widjojanto berada dalam kondisi selamat di pihak yang bertanggung jawab," ujar Satrio, saat dihubungi Liputan6.com.
Satrio mengatakan, penangkapan wakil ketua KPK memang membuat ketidakpastian. Meski demikian, Satrio menilai, pelaku pasar cenderung lebih memperhatikan pernyataan para pejabat negara. "Pasar sudah cukup terbiasa. Pelaku pasar juga membiasakan dengan pemerintahan baru ini butuh waktu," kata Satrio.
Satrio masih yakin dengan bursa saham Indonesia. Hal itu ditopang dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. "IHSG akan berada di kisaran 6.000-6.350 hingga akhir tahun," kata Satrio. (Ahm/Igw)