Sukses

Aneka Tambang Kantongi Penjualan Rp 9,4 Triliun

Emas masih menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan bersih tidak diaudit PT Aneka Tambang Tbk.

Liputan6.com, Jakarta PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengantongi penjualan bersih tidak diaudit mencapai Rp 9,46 triliun pada 2014. Angka penjualan ini turun 16 persen dibandingkan 2013.

Mengutip keterangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), yang ditulis Senin (2/2/2015), penjualan itu turun seiring penurunan harga komoditas utama perseroan yaitu nikel dan emas. Selain itu, kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral mentah.

Emas masih menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan bersih tidak diaudit sebesar Rp 4,93 triliun. Jumlah itu memberikan kontribusi 52 persen terhadap penjualan perseroan.

Pada kuartal IV 2014, nilai penjualan bersih tidak diaudit tercatat sebesar Rp 3,65 triliun, atau naik 47 persen dibandingkan periode sama pada 2013.

Volume penjualan emas mencapai 9.978 kilo gram (Kg) pada 2014 atau naik 6 persen dibandingkan 2013. Volume produksi emas perseroan yang berasal dari Pongkor dan Cibaliung pada 2014 tercatat turun 9 persen menjadi 2.335 kg.

Sedangkan produksi bijih nikel PT Aneka Tambang Tbk turun 90 persen pada 2014 menjadi 1.142.814 wmt dibandingkan 2013. Sebagian besar produksi bijih nikel digunakan untuk keperluan umpan bijih pabrik feronikel.

Seiring regulasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral, volume penjualan bijih nikel di 2014 tercatat turun 98 persen menjadi 215.400 wmt pada 2014. Dengan penurunan volume penjualan, pendapatan tidak diaudit perseroan dari bijih nikel tercatat Rp 89 miliar, turun 98 persen pada 2014 dibandingkan tahun 2013.

Untuk volume produksi feronikel turun 8 persen menjadi 16.851 ton nikel pada 2014 dalam feronikel (TNi), seiring optimasi blending yang dilakukan di awal 2014.

Pada periode ini, perseroan menggunakan umpan bijih yang berasal dari tambang nikel pulau Pakal sehingga perlu dilakukan beberapa penyesuaian dalam operasi pabrik feronikel yang berdampak pada penurunan produksi.

Sementara itu, volume penjualan feronikel mencapai 19.748 TNi, 37 persen lebih tinggi dibandingkan 2013. Nilai penjualan bersih tidak diaudit feronikel naik 93 persen menjadi Rp 4 triliun pada 2014. (Ahm/)