Sukses

Ekonomi RI Tumbuh 5,02%, IHSG Tergelincir 40 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 40,20 poin ke level 5.275,08 pada penutupan perdagangan saham sesi pertama.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan selama sesi pertama perdagangan saham Kamis (5/2/2015) di tengah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,02 persen pada 2014.

Pada penutupan perdagangan saham, hari ini, IHSG turun 40,20 poin (0,76 persen) ke level 5.275,08. Indeks saham LQ45 melemah 1,08 persen ke level 910,40. Seluruh indeks saham acuan tertekan sepanjang sesi pertama hari ini.

Ada sebanyak 145 saham melemah sehingga menekan IHSG. Akan tetapi, pelemahan IHSG terbatas seiring 110 saham menguat. Sedangkan 92 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat sentuh di level tertinggi 5.314,28 dan terendah 5.274,10 pada sesi pertama perdagangan saham hari ini.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 123.151 kali dengan volume perdagangan saham 2,74 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 3,39 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,87 persen dan sektor saham industri dasar mendaki 0,24 persen. Sedangkan sektor saham yang tertekan antara lain sektor saham aneka industri turun 1,67 persen, lalu disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,17 persen, dan sektor saham keuangan melemah 1,07 persen.

Meski IHSG melemah, investor asing cenderung melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 100 miliar.

Saham-saham yang mencatatkan penguatan dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham ADHI naik 4,4 persen ke level Rp 3.560 per saham, saham BWPT menguat 2,89 persen ke level Rp 356 per saham, dan saham NIRO menanjak 2,61 persen ke level Rp 236 per saham.

Sedangkan saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan antara lain saham BBCA turun 2,34 persen ke level Rp 13.575 per saham, saham BMRI melemah 1,1 persen ke level Rp 11.250 per saham, dan saham PGAS turun 1,86 persen ke level Rp 5.275 per saham.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen kurang baik untuk pasar saham karena ini merupakan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Itu berarti kondisi ekonomi Indonesia rentan terhadap gejolak ekonomi global," ujar Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.