Sukses

Bursa Saham Global Kompak Cetak Rekor

Pelaku pasar menginterpretasikan pernyataan Yellen sebagai sinyal kalau suku bunga tidak akan naik hingga awal Juni.

Liputan6.com, New York - Bursa saham seluruh dunia memecahkan rekor. Bursa saham mulai dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan Swedia mencatatkan level tertinggi yang pernah ada.

Bursa saham Jepang bahkan menutup perdagangan saham di level terbaik sejak 2000, dan sebagian bursa saham Eropa seperti Prancis, Belgia, Irlandia, dan Belanda mencatatkan level tertinggi sejak 2008.

Lalu jadi pertanyaan mengapa bursa saham global mengalami euforia? Jawabannya sederhana yaitu bank sentral.

Pertama, bank sentral Eropa berjanji untuk mendorong stimulus ekonomi membuat investor pusing. Hal itu mengingat penyelesaian utang Yunani. Namun ada kesepakatan Yunani mendapatkan perpanjangan dana talangan selama empat bulan membuat investor nyaman.
Selain itu, Jerman juga ingin negara-negara bermasalah untuk tetap di zona Euro.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) juga tetap bersenandung bersama. Dalam kesaksian pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) Janet Yellen terdengar optimistis.

"Keyakinan kami telah meningkat. Ketika kami menaikkan suku bunga, itu akan menjadi sinyal kepercayaan," kata Yellen, seperti dikutip dari laman CNNMoney, Rabu (25/2/2015).

Investor pun menginterprestasikan pernyataan Yellen sebagai sinyal kalau suku bunga tidak akan naik hingga awal Juni. Indeks saham Dow Jones pun mencetak rekor. Indeks saham Dow Jones naik hampir 100 poin menjadi 18.200 untuk pertama kali. Hal itu juga diikuti indeks saham S&P 500.

Meski demikian, ada sejumlah hal yang harus diwaspadai pelaku pasar. Pertama, perlambatan ekonomi di China dan Eropa. Selain itu, konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, serta Timur Tengah.

Pemenang Nobel Robert Shiller menuturkan, bursa saham AS tidak seburuk saat gelembung dot.com meski cenderung mahal. Perbedaan antara tahun 1999-2000 dan 2007-2008 adalah kalau perusahaan memiliki lebih banyak dana tunai di tangan. Contohnya Apple yang memiliki kas sekitar US$ 175 miliar.  (Ahm/)

Live dan Produksi VOD