Sukses

Bisnis Otomotif Lesu, Astra Kantongi Laba Rp 19 Triliun

Pada pos pendapatan, PT Astra International Tbk mencetak pendapatan naik 4 persen menjadi Rp 201,70 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja bisnis grup Astra yang bervariasi mempengaruhi kinerja perseroan pada 2014. PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk turun tipis 1 persen menjadi Rp 19,18 triliun sepanjang 2014 dari periode tahun sebelumnya Rp 19,41 triliun.

Meski demikian, pendapatan bersih naik 4 persen. Pendapatan perseroan tumbuh menjadi Rp 201,70 triliun pada 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 193,88 triliun. Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham turun 1 persen menjadi Rp 474 pada 2014.

Di sisi lain utang bersih konsolidasi perseroan tidak termasuk bisnis jasa keuangan tercatat sebesar Rp 3,3 triliun menurun 10 persen dibandingkan akhir tahun 2013. Bisnis jasa keuangan memiliki utang bersih sebesar Rp 45,9 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 42,3 triliun.

"Kinerja bisnis grup Astra 2014 cukup bervariasi. Divisi agribisnis dan kontrak penambangan batu bara membukukan kinerja solid, namun diimbangi oleh penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan adanya pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti pertambangan batu bara," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto dalam keterangan yang diterbitkan, Kamis (26/2/2015).

Berdasarkan keterangan perseroan, penurunan laba bersih konsolidasi sebesar 1 persen didorong penurunan laba bersih dari divisi otomotif akibat penurunan margin pada sektor kendaraan roda empat, dan penurunan nilai atas properti pertambangan batu bara.

Penjualan mobil Astra secara nasional menurun 6 persen. Sedangkan penjualan sepeda motor Astra meningkat sebesar 8 persen. Total nilai pembiayaan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra meningkat 13 persen. Penjualan unit alat berat Komatsu menurun 16 persen.

Kontrak produksi batua bara meningkat 14 persen, sementara pengupasan lapisan tanah menurun 5 persen. Penjualan crude palm oil (CPO) turun sebesar 13 persen sementara sejumlah 255 ribu ton olein dapat djual sepanjang 2014. Meski demikian, penurunan ini diikuti kenaikan kinerja divisi agribisnis, kontraktor penambangan dan jasa keuangan.

Pembagian Dividen

Perseroan berencana akan membayar sisa dividen final sebesar Rp 152 per saham untuk dividen 2014. Angka ini sama dengan 2013. Usulan pembayaran dividen itu akan dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan pada April 2015.

Usulan dividen final tersebut ditambah dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham. Sehingga menjadikan total dividen 2014 sebesar Rp 216 per saham.

Pada perdagangan saham Kamis 26 Februari 2015, saham ASII turun 1,23 persen menjadi Rp 8.050 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 4.654 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 206,2 miliar. (Ahm/)

Video Terkini