Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) telah menekan rupiah sehingga menembus level 13.200. Tekanan rupiah ini berdampak ke emiten farmasi yang banyak menggunakan bahan baku impor.
Hal itu disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk (INAF), Yasser Arafat, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (12/3/2015).
Baca Juga
"Industri farmasi memakai bahan baku impor semua. Kami membeli bahan baku dengan rupiah jadi rupiah melemah pasti terpengaruh," ujar Yasser.
Advertisement
Karena itu, pihaknya pun telah mengusulkan untuk menaikkan harga obat generik untuk menghadapi tekanan rupiah terhadap dolar. "Kami sudah usulkan kepada Kementerian Kesehatan menaikkan harga obat generik melihat kondisi rupiah sekarang," kata Yasser.
Melihat rupiah tertekan, pihaknya juga tidak hanya mengandalkan obat generik untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja. Yasser mengatakan, perseroan akan meluncurkan produk suplemen seperti makanan kesehatan. Diharapkan produk tersebut memberikan kontribusi kepada kinerja perseroan di kuartal III 2015.
"Ada beberapa produk yang diluncurkan, dan salah satunya produk suplemen. Saat ini kami sedang menunggu sertifikat halal," ujar Yasser.
Yasser mengatakan, pihaknya memprediksi rupiah akan berada di kisaran 12.500, tetapi rupiah semakin tertekan. Oleh karena itu, pihaknya berhati-hati untuk ekspansi.
Yasser menambahkan, tekanan rupiah tersebut memang lebih dipengaruhi faktor eksternal terutama ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik . Sedangkan fundamental ekonomi Indonesia masih relatif baik.
Karena itu, ia mengharapkan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat menjaga kestabilan rupiah, dan suku bunga acuan dapat kembali turun untuk menunjang bisnis farmasi ke depan.
PT Indofarma Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 1,7 triliun dan laba bersih sekitar Rp 33 miliar pada 2015. Yasser mengatakan, pertumbuhan kinerja ditopang dari kenaikan volume produksi dan peluncuran sejumlah produk baru.
Pada 2014, perseroan mencatatkan laba bersih Rp 1,16 miliar dari periode sama tajun sebelumnya rugi Rp 54,22 miliar. Penjualan bersih naik tipis 3,28 persen menjadi Rp 1,38 triliun pada 2014.
Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS. (Ahm/)