Sukses

Wall Street Terjungkal di Akhir Pekan

Indeks S&P 500 mencetak kerugian dengan persentase terbesar sejak 25 Maret 2015.

Liputan6.com, New York - Indeks S&P 500 mencetak kerugian dengan persentase terbesar sejak 25 Maret pada hari Jumat (SAbtu pagi WIB) karena investor menghindari risiko di tengah peraturan perdagangan baru di China, serta kekhawatiran baru tentang Yunani kehabisan uang, dan kinerja perusahaan AS

Di antara menyeret terbesar, indeks keuangan S&P  yang turun 1,3 persen, dengan saham komponen Dow American Express jatuh 4,4 persen menjadi US$ 77,32 setelah pendapatan meleset dari perkiraan analis, sebagian karena dampak mata uang.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (18/4/2015), Indeks Dow Jones Industrial Average turun 279,47 poin atau 1,54 persen menjadi 17.826,3, Indeks S&P 500 kehilangan 23,81 poin atau 1,13 persen menjadi 2.081,18 dan Nasdaq Composite turun 75,98 poin atau 1,52 persen ke 4.931,81.

Indeks Dow Jones  dan S&P 500 keduanya mencetak dua minggu kerugian,Untuk minggu ini, Dow turun 1,3 persen, S & P 500 turun 1 persen dan Nasdaq turun 1,3 persen.

Perusahaan Honeywell International dan General Electric menyalahkan penguatan dolar AS sebagai biang kerok turunnya pennndapatan perseroan. Saham Honeywell turun 2,1 persen menjadi US$ 101,7, sedangkan saham GE turun 0,1 persen ke US$ 27,25.

Regulator sekuritas China memperingatkan investor untuk berhati-hati karena saham China naik mencapai tertinggi tujuh tahun. China memungkinkan fund manager untuk meminjamkan saham untuk short-selling dan memperluas jumlah saham investor dalam jangka pendek.

Indeks Cina H-Share berjangka turun 3,4 persen. Pasar global melemah sebagai imbas dari kelemahan di China dilakukan melalui pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Pelaku pasar juga khawatir Yunani bisa meninggalkan zona euro seperti mencoba untuk mereformasi ekonomi dan kesepakatan dengan utang berat. Yunani membantah laporan yang dibutuhkan untuk memanfaatkan cadangan kas yang tersisa untuk memenuhi pembayaran gaji.

Emiten yang terdaftar di Bursa AS kini tengah disibukan dengan rilis laporan keuangan. Sejauh ini dengan lebih banyak perusahaan mengalahkan ekspektasi. Dampak dari dolar AS yang lebih kuat akan disorot pekan depan dengan laporan kuartalan dari United Technologies Corp, Boeing dan perusahaan terkemuka lainnya. (Ndw)