Sukses

Seirama Wall Street, Bursa Saham Asia Melemah

Kekhawatiran terhadap aksi jual di obligasi pemerintah mendorong bursa saham Asia tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini.

Liputan6.com, Sydney - Mengikuti bursa saham global, bursa saham Asia cenderung tertekan pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Tekanan itu bertambah didorong ketakutan investor terhadap aksi jual di obligasi pemerintah secara global.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4 persen di awal perdagangan saham. Penurunan indeks saham acuan regional itu dipimpin oleh indeks saham Australia tergelincir 1,2 persen. Demikian mengutip dari laman Reuters, Rabu (6/5/2015).

Lonjakan tiba-tiba terjadi terhadap imbal hasil obligasi mencerminkan reli cepat. Hal itu membuat investor juga menjadi kurang peduli tentang bahaya deflasi.
Hanya dalam empat sesi, imbal hasil 10 tahun Jerman telah naik tiga kali lipat menjadi 0,517 persen. Sementara itu, imbal hasil obligasi Italia, Spanyol dan Portugis semua naik antara 27 basis poin dan 30 basis poin pada perdagangan Selasa 5 Mei 2015. Sedangkan imbal hasil Amerika Serikat bertenor 10 tahun naik 2,2 persen.

Di bursa saham Asia, pelaku pasar fokus terhadap survei sektor jasa swasta di China. Pasar telah khawatir terhadap perlambatan aktivitas manufaktur China. Dengan rilis data manufaktur China melemah memicu harapan ada stimulus yang dilakukan pemerintah.

Sementara itu di pasar komoditas, harga minyak dan tembaga juga cenderung naik level tertinggi sepanjang 2015. Harga minyak mentah Brent telah naik hampir 50 persen sejak Januari. Harga minyak Brent mencapai level US$ 67,66 per barel sedangkan harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) berada di level US$ 60,71.

Pada perdagangan saham Selasa waktu New York, bursa saham Amerika Serikat (AS) cenderung tertekan. Indeks saham Dow Jones turun 0,79 persen. Indeks saham S&P 500 melemah 1,8 persen dan indeks saham Nasdaq tergelincir 1,55 persen. (Ahm/)

Video Terkini