Sukses

Sentimen Regional Jadi Penggerak IHSG Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan dipengaruhi sentimen regional pada perdagangan saham selama sepekan.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat pada perdagangan saham selama sepekan. Sentimen dari regional mewarnai gerak indeks saham.

Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, data perekonomian Amerika Serikat (AS) sebagian besar diperkirakan melambat. Hal itu menjadi acuan The Fed untuk mengulur kenaikan suku bunga acuan pada September 2015.

"Sebenarnya pertumbuhan ekonomi sudah melambat, ekspor impor melambat, harga produsen AS rata-rata data melambat. Memang pengangguran membaik, tapi sebagian melambat," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (17/5/2015).

Dari dalam negeri, dia menuturkan belum ada sentimen mendominasi pada pekan ini. Pelaku pasar cenderung menunggu rilis suku bunga acuan/BI Rate. Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di level 7,50 persen sehingga tak terlalu mempengaruhi perdagangan saham.

Sebenarnya, kinerja IHSG mendapatkan angin segar dari data neraca perdagangan pekan lalu, yang April 2015 mencatatkan surplus US$ 454 juta. Nampaknya, itu tak terlalu menolong lantaran kinerja ekspor impor menurun.

"Inflasi surplus, tapi penurunan ekspor dan impor menimbulkan kekhawatiran perekonomian melambat," ujar Hans.

Pada pekan ini, Hans memprediksi IHSG bergerak pada level support 5.175-5.200 dan resistance pada level 5.264-5.330.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan IHSG diperkirakan bergerak pada rentang support 5.169-5.200 kemudian resistance pada level 5.242-5.272. Dia menuturkan, saat gerak indeks saham mencoba masuk pada pola tren kenaikan.

"Meski masih terdapat aksi jual diselingi dengan hari libur, namun IHSG masih bertahan melanjutkan kenaikannya dari pekan sebelumnya," kata dia dalam ulasannya.

Dari dalam negeri, saat ini IHSG menunggu sentimen dari statistik utang luar negeri serta hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Sementara, sentimen dari luar datang dari China terkait dengan data house price index dan HSBC manufacturing PMI. Dari AS, adapun sentimen yang mempengaruhi di antaranya FOMC minutes markit manufacturing index, existing home sales, klaim pengangguran.

Untuk pilihan saham, Hans merekomendasikan akumulasi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Kemudian jual ketika menguat saham-saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT BW Plantation Tbk (BWPT). (Amd/Ahm)

Video Terkini