Sukses

Khawatir Soal Utang Yunani, Wall Street Tergelincir

Di luar soal Yunani, pelaku pasar terus melihat apa yang terjadi dengan perekonomian Amerika.

Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan dengan indeks patokan terpangkas cukup dalam sebelum keluarnya data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015. Pemicu penurunan saham-saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah munculnya kembali kekhawatiran akan tersendatnya penyelesaian masalah utang Yunani.

Mengutip Bloomberg, Jumat (29/5/2015), Indeks Standard and Poor 500 turun 0,1 persen menjadi 2.120,79 pada penutupan perdagangan di New York, AS. Dalam perdagangan sehari sebelumnya, indeks ini sempat jatuh 0,5 persen. Namun jika dilihat secara jangka panjang, Indeks Standard and Poor 500 pada bulan ini membukukan penguatan 1,7 persen.

Hampir sama dengan Indeks Standard and Poor 500, Indeks Jow Jones Industrial Averange (DJIA) juga merosot 36,87 poin atau 0,2 persen ke level 18.126,12 dan Nasdaq Composite Index terjatuh 0,2 persen setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi.

"Kejadian ini seperti film yang kita lihat secara berulang-ulang," jelas Analis  Voya Investment Management LLC, Karyn Cavanaugh. Menurutnya, pelaku pasar sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan apa yang terjadi di Yunani dan lebih berkonsentrasi dengan apa yang akan dilakukan oleh The Fed. Namun ternyata sentimen Yunani tetap bisa mempengaruhi pergerakan saham dan kejadian seperti ini pernah dialami sebelumnya.

Sebagian besar kreditur Yunani menyatakan bahwa belum ada kesepakatan yang bisa menyenangkan kedua belah pihak terkait utang yang akan jatuh tempo pada pekan depan. Sebenarnya mengenai penyelesaikan kasus Yunani cukup penting namun ternyata masalah ini tidak dibicarakan dalam agenda resmi pertemuan G7.

Di luar soal Yunani, pelaku pasar terus melihat apa yang terjadi dengan perekonomian Amerika. Banyak pelaku pasar berkonsentrasi dengan laporan ekonomi yang akan menjadi penentu kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed). Data terakhir yang dipublikasikan pemerintah adalah angka pengangguran yang naik 7.000 klaim tetapi secara total masih di bawah angka 300.000 klaim.

Data yang sedang ditunggu oleh pelaku pasar selanjutnya adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I 2015 ini. Namun meskipun terkontraksi, para ekonom tetap memperkirakan bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga pada September 2015 ini.

Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral San Fransisco, John Williams menjelaskan bahwa kemungkinan besar mereka akan menaikkan suku ubunga pada akhir tahun ini karena sebenarnya jika dilihat secara jangka panjang dan bukan dilihat berdasarkan data-data yang terpisah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika sudah cukup membaik jika dibandingkan dengan saat krisis 2008 kemarin. (Gdn/Igw)