Sukses

Inflasi Mei 0,50%, IHSG Melemah 28 Poin

Ada sebanyak 161 saham melemah sehingga menekan IHSG pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar merespons negatif rilis inflasi Mei capai 0,5 persen. Hal itu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah selama sesi pertama perdagangan saham di awal pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG susut 28,53 poin (0,55 persen) ke level 5.187,84. Indeks saham LQ45 melemah 0,57 persen ke level 899. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah di sesi pertama.

Ada sebanyak 161 saham melemah sehingga menekan indeks saham. Sedangkan 84 saham menghijau. Sementara itu, 79 saham lainnya diam di tempat. Di sesi pertama hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.215,55 dan terendah 5.186,80.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 91.613 kali dengan volume perdagangan saham 4,14 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,3 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,15 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 0,26 persen. Adapun sektor saham lainnya yang tertekan antara lain sektor saham keuangan turun 1 persen, sektor saham barang konsumsi melemah 0,89 persen, dan sektor saham industri dasar susut 0,81 persen.

Meski IHSG melemah, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 3 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 1,4 triliun dan aksi jual sekitar Rp 1,4 triliun.

Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BWPT naik 5,24 persen ke level Rp 422 per saham, saham GIAA mendaki 3,2 persen ke level Rp 484 per saham, dan saham EXCL menguat 3,03 persen ke level Rp 4.420 per saham.

Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham MYRX susut 7,05 persen ke level Rp 725 per saham, saham SSMS melemah 6,38 persen ke level Rp 2.200 per saham, dan saham SIAP turun 4,92 persen ke level Rp 232 per saham.

"Inflasi Mei capai 0,5 persen direspons negatif oleh pelaku pasar," kata Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/)

Video Terkini