Sukses

Sentimen Eksternal Tekan IHSG di Awal Perdagangan

Sektor yang mengalami pelemahan tertinggi adalah sektor infrastruktur yang turun 0,78 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah mengikuti bursa saham Asia dan global pada awal perdagangan Senin (8/6/2015). Sepanjang hari ini IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 5.100.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, IHSG melemah 14,21 poin (0,28 persen) ke level 5.086,35. Seluruh indeks acuan juga melemah pada pra pembukaan.

Penurunan indeks saham ini berlanjut pada pukul 09.00 WIB. IHSG melemah 14,61 poin (0,27 persen) ke level 5.086,61. Indeks saham LQ45 turun 0,37 persen ke level 977,85.

Hanya ada 42 saham yang menguat. Sedangkan 50 saham berada di zona merah sehingga menekan IHSG. Adapun 68 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham tak begitu besar hanya sekitar 2.870 kali dengan volume perdagangan saham 80,47 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 95,52 miliar.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.088,92 dan terendah 5.084,28. Secara sektoral, sebagian besar sektor melemah kecuali sektor consumer goods yang menguat 0,03 persen.

Sektor yang mengalami pelemahan tertinggi adalah sektor infrastruktur yang turun 0,78 persen dan disusul oleh sektor konstruksi yang melemah 0,34 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing masih melanjutkan aksi jual pada pagi ini. Investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 8 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 8 miliar.

Saham-saham yang menggerakan indeks saham dan mencatatkan keuntungan antara lain saham BEKS naik 9,46 persen ke level Rp 81 per saham, saham AMDF mendaki 6,67 persen ke level Rp 4.800 per saham, dan saham MCOR menanjak 5,44 persen ke level Rp 349 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham IIKP turun 6,90 persen ke level Rp 2.700 per saham, saham BBKP melemah 3,47 persen ke level Rp 695 per saham, dan saham PALM susut 3,24 persen ke level Rp 600 per saham.

Analis First Asia Capital, David N Sutyanto menjelaskan, di tengah minimnya sentimen positif di pasar, IHSG mampu berakhir positif meskipun cukup tipis pada penutupan pekan lalu. IHSG naik tipis 4,75 poin ke level 5100,572. Namun memang, dalam satu minggu kemarin IHSG terkoreksi 2,22 persen.

Sepekan kemarin penjualan bersih asing mencapai Rp 1,3 triliun meningkat dari pekan sebelumnya yang tercatat Rp 443 miliar. Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun mencapai 8,51 persen naik 34 basis poin bila dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2015. "Ini merupakan yield tertinggi dalam delapan bulan terakhir," jelasnya.

Faktor yang memicu anjloknya IHSG dan naiknya yield obligasi merupakan kombinasi faktor domestik dan eksternal. Dari domestik, sejumlah indikator makro ekonomi cenderung memburuk. Nilai tukar rupiah atas dolar AS terus melemah dan ekspektasi inflasi ke depan cenderung meningkat. 

Sedangkan dari eksternal, pasar juga masih dikhawatirkan dengan krisis utang Yunani dan kenaikan bunga The Fed.

"IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak bervariasi dengan support di 5.080 dan resistance di 5.130," tutur David.(Gdn/Ndw)