Sukses

Bursa Asia Menguat, Nikkei 225 Dekati Level Tertinggi Sejak 1996

Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,2 persen menjadi 150,15 pada pukul 09.01 waktu Tokyo, Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (Bursa Asia) menguat dalam 5 hari berturut-turut. Indeks Nikkei 225 Jepang naik menuju penutupan tertinggi dalam kurun waktu lebih dari 18 tahun terakhir.

Mengutip Bloomberg, Rabu (24/6/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,2 persen menjadi 150,15 pada pukul 09.01 waktu Tokyo, Jepang. Indeks Nikkei 225 naik 0,4 persen, siap menuju penutupan tertinggi sejak Desember 1996. Indeks Nikkei 225 telah mengalami penguatan 20 persen jika dihitung dari awal tahun.

Indeks Topix Jepang menguat 0,5 persen, Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,2 persen, Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,3 persen dan Indeks NZX 50 Selandia Baru menguat 0,3 persen. Pasar Hong Kong dan China belum dibuka.

Dari regional, saham-saham di Eropa dan Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan penguatan pada penutupan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena investor berharap adanya kesepakatan baru yang bisa didapat dari penyelesaian utang Yunani.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 24,29 poin atau 0,13 persen menjadi 18.144,07, S&P 500 naik 1,35 poin atau 0,06 persen ke 2.124,2 dan Nasdaq Composite menambahkan 6,12 poin atau 0,12 persen menjadi 5.160,1. Indeks Nasdaq berakhir dengan mencetak rekor, sedangkan  indeks S&P 500 ditutup 0,3 persen.

Manajer SMBC Nikko Securities Inc, Tokyo, Jepang, Hiroichi Nishi menjelaskan, pendorong penguatan bursa Asia terutama kenaikan indeks Nikkei 225 karena ekonomi Jepang membaik dan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa mengalami perbaikan.

Selain itu, sentimen mengenai utang Yunani juga mendorong indeks ke posisi positif. pelaku pasar memberikan sentimen yang baik karena berharap terjadi penyelesaian yang menguntungkan semua pihak mengenai utang Yunani. Namun memang, sebagian investor berhat-hati dalam melakukan transaksi karena apapun bisa terjadi.

Sedangkan sentimen dari Amerika yang mempengaruhi gerak Bursa Asia adalah kebijakan mengenai suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (The Fed). "Pelaku pasar melihat bahwa The Fed akan menjalankan kebijakan yang moderat," jelasnya.

Artinya suku bunga akan bergerak ke arah normalisasi namun dengan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu cepat. Ada kemungkinan kenaikan bunga akan dilakukan pada tahun ini namun dengan nilai yang tak besar. (Gdn/Ndw)