Sukses

Wall Street Menguat Dipicu Harapan Soal Utang Yunani

Yunani, yang terancam gagal membayar utang mengajukan proposal bantuan baru kepada para kreditornya.

Liputan6.com, New York - Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), dipicu harapan investor jika kesepakatan dengan para kreditor akan tetap membuat Yunani di Zona Euro, meski negara ini berpotensi mengalami kegagalan bayar utang (default).

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 23,16 poin (0,13 persen) ke posisi 17.619,51. Sementara indeks S&P 500 naik 5,48 poin (0,27 persen) ke level 2.063,12 poin dan Nasdaq Composite naik 28,40 poin (0,57 persen) ke posisi 4.986,87 poin.

Yunani, yang terancam gagal membayar utang senilai US$ 1,8 miliar kepada Dana Moneter Internasional karena mendekati batas waktunya, mengajukan proposal bantuan baru kepada para kreditornya, menyerukan restrukturisasi utang. Dan ini tampak sebagai upaya terakhir Athena untuk menyelesaikan kebuntuan dengan pemberi pinjaman.

Pemerintah Yunani menunjukkan bahwa hal itu bisa mengubah sikap terhadap referendum yang dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu, jika permintaan kredit baru bisa disepakati, seperti diungkapkan sumber kepada Reuters.

"Saya pikir (Perdana Menteri Yunani Tsipras) sedikit menantang dan sombong dan bermain berlebihan. Ini masih bisa meledak. Sehingga masih ada kegelisahan di pasar," kata Kenny Polcari, Direktur Divisi NYSE O'Neil Securities di New York.

Perusahaan-perusahaan AS memiliki eksposur terbatas ke Yunani, tetapi investor khawatir tentang dampak jika negara ini keluar dari Zona Euro.

Pada Senin kemarin, pasar saham AS merosot tajam, di mana indeks S&P 500 dan Dow memiliki hari terburuknya sejak 9 Oktober karena kekhawatiran tentang Yunani.

Tujuh dari 10 besar sektor di indeks S&P 500 naik, di antaranya pada sektor telekomunikasi dan konsumen yang menunjukkan sedikit penurunan.

Sekitar 7,5 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan 6,3 miliar rata-rata selama lima sesi terakhir, menurut data dari BATS Global Markets.(Nrm/Igw)

Video Terkini