Sukses

Yunani Tak Lagi Jadi Fokus Utama, Bursa Asia Menguat

Indeks MSCI Asia Pasifik menguat 0,1 persen ke level 146,38 pada perdagangan pukul 9:01 waktu Tokyo, Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (Bursa Asia) menguat setelah indeks saham regional mencatatkan penurunan bulanan terparah sejak September. Penguatan ini dipimpin saham-saham di sektor material dan energi.

Melansir laman Bloomberg, Rabu (1/7/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik menguat 0,1 persen ke level 146,38 pada perdagangan pukul 9:01 waktu Tokyo, Jepang. Laju indeks acuan ini ini berlawanan dengan yang terjadi pada sepanjang Juni 2015. Pada bulan lalu, indeks saham regional tersebut melemah 3,4 persen setelah saham-saham di China dan Hong Kong mengalami pelemahan.

Indeks Topix Jepang menguat 0,3 persen. Penguatan tersebut menegaskan ritme positif yang telah terjadi selama lima kuartal berturut-turut. Sementara imdeks saham Australia S&P/ASX 200 tercatat turun 0,1 persen setelah melemah 7,3 persen pada kuartal-II tahun ini.

Indeks saham Kospi Korea Selatan menguat 0,1 persen begitu pula dengan saham NZX 50 Selandia Baru yang menguat 0,5 persen. Bursa saham Hong Kong tutup pada perdagangan hari ini karena libur nasional.

Laporan resmi industri manufaktur China selama Juni 2015 diprediksi akan menunjukkan perlambatan dari penguatan yang terjadi sejak Oktober 2014 lalu.

Sementara itu, Yunani melewatkan waktu jatuh tempo melunasi utang dengan kewajiban pembayaran mencapai 1,6 miliar euro pada IMF setelah negosiasi dengan para kreditor menemukan jalan buntu.

Kini para pelaku pasar sedang menanti keputusan jajak pendapat yang akan dilakukan oleh rakyat Yunani. Dalam jajak pendapat tersebut akan memutuskan apakah Yunani akan menerima langkah-langkah penghematan negara pada 5 Juli mendatang.

"Kekhawatiran paling ekstrim terhadap Yunani tampak telah terkikis," kata Hiroichi Nishi, l manager di SMBC Nikko Securities Inc., Tokyo. Tetapi memang, meskipun Yunani sepertinya sudah tidak menjadi fokus utama, para investor di bursa Asia tampaknya masih belum akan melakukan transaksi yang cukup besar sebelum adanya keputusan mengenai referendum tersebut. (Sis/Gdn)

Video Terkini