Liputan6.com, Jakarta - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan belum terlalu menggembirakan dalam jangka pendek. Hal itu tercermin dari laju IHSG yang diperkirakan masih melemah.
Pengamat pasar modal, Arwani Pranajaya mengatakan kejatuhan bursa saham China menjadi salah satu sentimen yang meresahkan pasar modal Indonesia.
Baca Juga
"Faktor China lebih besar, lebih kuat ke pasar kita, ketimbang Yunani. Ekspor Indonesia ke China besar. Memang ekspor Indonesia ke Jepang, Singapura, tapi Singapura punya exposure besar di China," kata dia di Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Advertisement
Meski pemerintah China telah melakukan sejumlah antisipasi termasuk membatasi penjualan saham. Menurut dia, langkah itu tak cukup membendung ambruknya bursa saham China.
"Itu tidak kuat, karena indeks saham Dow Jones pada 1929 melakukan hal serupa yang dilakukan China dan itu tetap jebol. Orang tidak terlalu percaya diri yang dilakukan China saat ini," kata Arwani.
Meski tak secara pasti, namun dia bilang indeks saham diperkirakan menembus level 4.700. "Saya tidak tahu chartnya, tapi bisa menembus 4.700," ujar Arwani.
Dengan kondisi demikian, dia menuturkan pasar saham memang belum baik saat ini. Dia menyarankan, supaya pelaku pasar tidak terlalu agresif dalam akumulasi saham.
"Saya saranin investor jangan terlalu agresif masuk. Persoalannya beli di harga saham murah, tapi persoalannya besok murah lagi," tandas dia.
Secara year to date, IHSG susut 7,44 persen ke level 4.838,28 pada penutupan perdagangan saham Kamis 9 Juli 2015. Sejumlah sektor saham telah menekan IHSG sepanjang 2015 antara lain saham pertambangan turun 22,75 persen, sektor saham industri dasar dan kimia melemah 23,14 persen, dan sektor saham infrastruktur tergelincir 12,80 persen. Kapitalisasi pasar saham tercatat turun menjadi Rp 4.948 triliun. (Amd/Ahm)