Sukses

Permintaan Domestik Turun, Indocement Batasi Produksi Semen

PT Indocement Tunggal Prakarsa mengalihkan produksi semen ke pabrik yang lebih efektif sehingga tidak ada pemutusan hubungan kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyatakan telah menghentikan operasi tiga pabrik di Citeurep, yakni P1, P2 dsn P6. Langkah tersebut sebagai bentuk efisiensi sejalan dengan permintaan domestik melemah.

Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya mengatakan perseroan akan mengalihkan produksi semen ke pabrik-pabrik yang lebih efektif.

"Kami kurangi produksi dari pabrik yang tua, sedikit, itu kecil. Kalau volume kecil mahal. Kita produksi pabrik yang besar, supaya per ton nya harganya saving karena pabrik baru bisa 15-20 persen," kata dia di Jakarta, Senin (3/8/2015).

Dia mengatakan penyetopan tiga pabrik tersebut hanya bersifat sementara menunggu permintaan semen kembali membaik. Christian menuturkan, tiga pabrik yang diberhentikan memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton semen. Dengan penutupan pabrik itu, dia bilang tak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dialihkan ke pabrik lain yang lebih produktif.

"Pegawainya ke P14 butuh pegawai. P14 sebesar 4 juta ton. P1, P2 cuma 1 juta ton. P1, P2 dan P6 cuma 1,5 juta ton. Semua tidak ada pengurangan pegawai," tambahnya.

Sebagai informasi, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatatkan penjualan domestik sebesar 8,2 juta ton pada semester I 2015. Angka penjualan itu lebih rendah 8,1 persen dari penjualan tahun lalu 9 juta ton.

Penjualan semen turun karena permintaan nasional melemah sebanyak 4 persen, sehingga pangsa perseroan menurun dari 30,5 persen semester I 2015 menjadi 29,1 persen di semester I 2015.

Melihat kondisi itu, perseroan tengah mencari pangsa ekspor untuk semen. Apalagi ekspor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk masih sekitar 73,2 ribu ton pada enam bulan tahun ini. Christian menuturkan, tengah mengkaji masuk pasar Australia. Lantaran berdasarkan informasi yang diterima Negeri Kanguru tersebut terus membutuhkan pasokan semen.

"Mereka memang perlu dari dulu tapi semen-semen datang dari berbagai negara. Sekarang tidak bisa karena untuk domestik. Karena domestik rendah mau tidak mau cari pasar ekspor. Kebutuhannya gede, jadi sekarang lagi studi, pasar Australia itu  khusus karena tidak semua masuk kualitas," kata Christian. (Amd/Ahm)
Â