Sukses

Indeks Saham Runtuh, China Gelontorkan Investasi Rp 1.360 Triliun

Pemerintah China diharapkan dapat memangkas kembali suku bunga untuk mendongkrak perekonomian.

Liputan6.com, Beijing - Indeks saham Shanghai anjlok lebih dari 8 persen pada perdagangan saham Senin pekan ini membuat pemerintah China mengambil langkah untuk mengatasi hal itu. Dana pensiun China pun bakal diizinkan masuk investasi ke bursa saham seiring indeks saham semakin tertekan.

Untuk pertama kali, China memberikan izin kepada dana pensiun yang dikelola pemerintah untuk berinvestasi di bursa saham. Sebelumnya dana pensiun hanya boleh investasi di deposito dan surat utang. Kini, dana pensiun akan menginvestasikan portofolio hingga 30 persen dari aset bersih di saham, reksa dana saham dan reksa dana campuran.

Aset dana pensiun itu pun diperkirakan mencapai dua triliun Yuan atau sekitar US$ 322 miliar yang dapat diinvestasikan. Dari dana itu, ada sekitar 600 miliar Yuan atau sekitar US$ 97 miliar (Rp 1.360 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.021 per dolar AS) dapat dinvestasikan ke saham.

Namun, indeks saham Shanghai anjlok 8,5 persen menjadi 3.210,61 pada awal perdagangan saham. Investor terus melakukan aksi jual di pasar saham sehingga melanjutkan tekanan sejak pekan lalu.

Dengan respons kebijakan terbaru gagal untuk menopang sentimen tersebut. Analis menuturkan, pemerintah kemungkinan akan memberikan stimulus moneter untuk memberikan sentimen positif. Langkah itu bisa memangkas persyaratan cadangan dan suku bunga.

"Dana pensiun China masuk ke pasar saham jelas kabar baik, namun bukan berita baru. Selama jangka panjang, ini akan menjadi besar karena bursa saham China didominasi oleh investor ritel. Jadi kini membawa investor institusi ke dalam pasar bergejolak tapi untuk jangka menengah hingga panjang," kata Stephen Ma, Kepala Riset BMO Global Asset Management seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (24/8/2015).

Ia mengatakan, saat ini yang dibutukan pemerintah China kembali fokus mendukung perekonomia misalkan dengan kelonggaran kebijakan moneter. Ini akan berdampak positif ke bursa saham.

"Suku bunga di sektor riil sangat tinggi di China, mereka harus fokus pada pemotongan suku bunga. Ini harus meningkatkan konsumsi dan pendapatan perusahaan," kata Ma.

Sebelumnya bank sentral China telah memangkas suku bunga pinjaman acuan dalam empat kali sejak November. Sejauh ini, penurunan suku bunga belum terlalu efektif dalam memacu kegiatan ekonomi. (Ahm/Gdn)