Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global dan Asia terpuruk menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 4.100 pada perdagangan saham Senin pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (24/8/2015), IHSG melemah 172,22 poin (3,97 persen) ke level 4.163,72. Indeks saham LQ45 melemah 4,82 persen ke level 692,20. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada hari ini. IHSG sekarang berada di level terendah sejak 2013.
Baca Juga
Ada sebanyak 277 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 29 saham lainnya menguat dan 64 saham diam di tempat.
Advertisement
Meski IHSG tertekan, transaksi perdagangan saham pada hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 309.958 kali dengan volume perdagangan 5,34 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,56 triliun.
Secara sektoral, pelemahan sektor saham terjadi secara merata. Sektor saham industri manufaktur memimpin pelemahan sektor saham dengan turun 7,68 persen, lalu disusul sektor saham perkebunan tergelincir 6,79 persen, dan sektor saham aneka industri susut 5,54 persen.
Sektor saham industri dasar turun tajam mengingat kinerja perusahaan terutama emiten semen yang di sektor saham industri dasar tertekan pada semester I 2015.
Berdasarkan data RTI, investor asing masih mencatatkan aksi jual. Tercatat aksi jual investor asing sekitar Rp 600 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 600 miliar. Pada pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.040 per dolar AS.
Saham-saham kapitalisasi besar menekan indeks saham. Saham BBCA turun 4,84 persen ke level Rp 11.300 per saham, saham PGAS melemah 9,86 persen ke level Rp 2.880 per saham, dan saham SMGR tergelincir 9,72 persen ke level Rp 7.200 per saham.
Sedangkan saham ICBP naik 1,61 persen ke level Rp 12.650 per saham, saham ACES menguat 10,53 persen ke level Rp 630 per saham, dan saham PADI naik 3,09 persen ke level Rp 500 per saham.
Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda menuturkan bursa saham global turun pada akhir pekan lalu diikuti bursa saham Asia telah membuat pelaku pasar khawatir. Hal itu dipicu dari pertumbuhan ekonomi China akan terus melambat yang direfleksikan dari rilis data manufaktur China. Sedangkan kalau sentimen domestik cenderung minim. Thendra mengatakan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS cukup mempengaruhi tetapi lebih besar sentimen eksternal.
"Persepsi negatif terhadap ekonomi China lebih mendominasi," ujar Thendra saat dihubungi Liputan6.com.
Thendra menuturkan, saat ini memang penurunan IHSG sudah berlebihan. Akan tetapi kondisi eksternal memang tidak dapat dikontrol. Karena itu, ia memprediksikan IHSG masih bisa tertekan hingga September 2015. Apalagi melihat secara historis, gerak IHSG cenderung negatif pada Agustus dan September. Ditambah realisasi kenaikan suku bunga AS juga jadi sentimen di pasar.
"Secara teknikal IHSG dapat tembus 3.800 pada September," kata Thendra.
Saat ini, Thendra menyebutkan sejumlah saham juga sudah undervalue seperti saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT PT PP Tbk.
Dengan melihat kondisi eksternal belum stabil, Thendra mengingatkan agar investor mewaspadai penurunan jangka pendek. Karena itu, pelaku pasar dapat mengambil momentum akumulasi saham secara bertahap. Kalau jangka pendek, pelaku pasar lebih baik trading saja. (Ahm/Gdn)