Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) menguat setelah Wall Street mampu menguat setelah selama enam hari berturut-turut berakhir di zona merah. Penguatan wall street tersebut terjadi karena data-data perekonomian Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (27/8/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,9 persen menjadi 127,93 pada pukul 09.05 waktu Tokyo, Jepang. Indeks Topix Jepang juga menguat 2,4 persen. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5 persen dan Indeks S&P/ASX 200 Australia terdongkrak 0,7 persen. Tak jauh berbeda, Indeks NZX 50 Selandia Baru naik 1,3 persen.
Di bursa Amerika, pada penutupan perdagangan Rabu (26/8/2015), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menguat 616 poin atau 3,95 persen ke level 16.285. Standard & Poor 500 juga bergerak hampir sama, menguat 3,9 persen atau 72 poin ke level 1.940,51. Sedangkan Nasdaq naik 4,24 persen atau 191 poin ke level 4.697,54.
Analis Pasar CMC Markets, London, Inggris, Jasper Lawler menjelaskan, tanda-tanda perbaikan di bursa saham sudah mulai terlihat. "Data ekonomi Amerika sudah mulai terlihat membaik, langkah stimulus yang dilakukan oleh otoritas China juga terlihat bermanfaat dan juga rencana kenaikan suku bunga dari Bank Sentral AS (The Fed) semakin jelas," tuturnya.
Kecemasan-kecemasan yang terjadi selama beberapa pekan belakangan ini mulai memudar karena adanya tanda-tanda tersebut. Namun, Jasper melanjutkan, tanda-tanda tersebut belum begitu solid sehingga pelaku pasar perlu menjakankan transaksi dengan hati-hati.
kemarin, bursa Asia juga telah menguat didorong oleh kenaikan saham-saham di bursa Jepang setelah terjun ke level terendah sejak 2011 dalam dua hari terakhir. Sentimen yang mendorong penguatan bursa Asia adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral China mengenai pemangkasan suku bunga dan penurunan dana cadangan.
Bank Sentral China menurunkan suku bunga acuan untuk simpanan. Penurunan ini kelima kalinya sejak November tahun lalu. Dengan penurunan ini, suku bunga untuk simpanan berada di level 4,6 persen.
Selain itu, Bank Sentral China juga mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan dana pencadangan yang harus disiapkan oleh bank. Setelah penurunan tersebut, pencadangan yang harus disiapkan sebesar 18 persen. Namun, aturan dana pencadangan ini hanya diberlakukan untuk beberapa bank besar saja.
"China terus menjadi kunci pergerakan bursa," jelas pendiri Sri-Kumar Global Strategies Inc, Komal Sri-Kumar. Sebelumnya, pihak yang berwenang tidak melakukan intervensi terhadap penurunan bursa yang terjadi. Namun dengan kebijakan yang keluar pada Selasa, 25 Agustus 2015 kemarin, pasar memberikan respon yang cukup positif.
Komal Sri-Kumar melanjutkan, kemungkinan besar kebijakan tersebut tidak berpengaruh secara jangka panjang di bursa saham. Pasar akan melihat sentimen-sentimen lainnya ke depannya. (Gdn/Ahm)
Bursa Asia Menguat Setelah Wall Street Mampu Mencetak Untung
Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,9 persen menjadi 127,93 pada pukul 09.05 waktu Tokyo, Jepang.
Advertisement