Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia tertekan pada awal perdagangan seiring investor bersiap menyambut data China yang dapat meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Hal itu ditambah bursa saham Amerika Serikat tertekan sehingga memperburuk sentimen di bursa saham Asia. Data aktivitas pabrik China diperkirakan menyusut pada Agustus. Hal itu berdasarkan jajak pendapatan Reuters kepada ekonom. Selain itu, survei aktivitas sektor jasa juga akan dirilis Selasa pagi.
Baca Juga
Indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang naik sedikit pada awal perdagangan, setelah merosot 10 persen pada Agustus. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,9 persen pada awal perdagangan. Diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi dan Australia masing-masing dibuka melemah 0,2 persen.
Advertisement
"Pelaku pasar harus melihat kerugian dari perdagangan saham kemarin, meski kondisi bursa saham China sudah diprediksi," tulis Analis IG Market Chris Weston seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (1/9/2015).
Pada awal pekan, bursa saham China masih tertekan. Indeks saham Shanghai turun 0,8 persen. Bahkan regulator telah meminta broker saham untuk menyumbangkan 100 miliar yuan untuk menyelamatkan pasar saham domestik dan melakukan pembelian kembali saham. Hal itu lantaran aksi jual diperkirakan masih marak. "Bursa saham China akan cenderung melemah," kata Tom DeMark, salah satu pendiri DeMark Analytics.
Sedangkan di pasar uang, dolar AS berada di bawah tekanan seiring investor menjauhi risiko dan tetap waspada menjelang rilis data tenaga kerja pada pekan ini. Dolar AS turun 0,1 persen terhadap Yen menjadi 121,14. Sedangkan euro naik 0,1 persen menjadi US$ 1.1224. (Ahm/Gdn)