Sukses

Harga Batu Bara Lesu, Pendapatan Adaro Susut 17%

Rata-rata harga jual batu bara Adaro Energy turun 13 persen mendorong pendapatan usaha merosot 17,33 persen menjadi US$ 1,39 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 28,86 persen menjadi US$ 119,15 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 167,50 juta.

Laba bersih turun itu diikuti pendapatan usaha turun 17,33 persen menjadi US$ 1,39 miliar hingga semester I 2015. Beban pokok pendapatan turun menjadi US$ 1,09 miliar pada semester I 2015.

Laba bruto perseroan tercatat turun 30,83 persen menjadi US$ 298,99 juta. Perseroan mampu menurunkan biaya keuangan menjadi US$ 29,05 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun lalu US$ 61,07 juta.

Kinerja perseroan didorong dari volume penjualan batu bara melemah 6 persen menjadi 26,6 juta ton. Hal itu disebabkan kondisi pasar yang sulit sebagai akibat dari pertumbuhan permintaan baru bara yang melambat, dan terjadinya kelebihan pasokan.

Selain itu, produksi batu bara Adaro juga turun 7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi 25,9 juta ton. Harga rata-rata penjualan batu bara Adaro melemah 13 persen year on year (YoY) sejalan dengan pendapatan usaha susut 17 persen.

PT Adaro Energy Tbk melakukan antisipasi untuk menghadapi pasar batu bara yang masih menantang dalam jangka pendek karena masih adanya kelebihan pasokan yang semakin menekan harga batu bara. Untuk itu, Adaro merevisi produksi menjadi 54-56 juta ton pada 2015 dari sebelumnya sebesar 56-58 juta ton.

Kami akan terus melaksanakan keunggulan operasional, fokus pada disiplin biaya dan menerapkan strategi yang terencana dengan baik. Adaro yakin batu bara akan tetap menjadi bahan bakar paling efisien dan berbiaya murah bagi pembangkit listrik, yang merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir.

Ia mengatakan, walau pun prospek dalam jangka pendek masih tetap menantang karena pertumbuhan permintaan batu bara terutama dari Indonesia, Asia Selatan dan Asia Tenggara akan memainkan peranan penting di masa akan datang.

"Kami akan terus mengembangkan usaha non pertambangan batu bara sekaligus meningkatkan kontribusinya, sehingga bertahan lebih baik dari siklus pasar batu bara. Selain itu perseroan akan terus menjalankan rencana usaha untuk masuk ke sektor ketenagalistrikan," ujar Garibaldi. (Ahm/Igw)