Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah sepanjang perdagangan Rabu pekan ini. Hal itu lantaran bursa saham Asia juga cenderung tertekan.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (2/9/2015), IHSG melemah 11,16 poin (0,25 persen) ke level 4.401,29. Indeks saham LQ45 melemah 0,38 persen ke level 746,10. Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham DBX naik 0,09 persen ke level 665,50.
Baca Juga
Ada sebanyak 169 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Akan tetapi 107 saham menghijau sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 82 saham lainnya diam di tempat.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 203.078 kali dengan volume perdagangan saham 5,43 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,54 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham aneka industri naik 3,91 persen, sektor saham manufaktur mendaki 0,31 persen, dan sektor saham perdagangan menguat 0,31 persen.
Sementara itu, sektor saham tambang susut 1,15 persen, dan memimpin penurunan sektor saham. Lalu disusul sektor saham barang konsumsi melemah 0,84 persen, dan sektor saham konstruksi tergelincir 0,82 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing masih melanjutkan aksi jual. Tercatat aksi jual mencapai Rp 600 miliar. Sedangkan investor lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 500 miliar.
Saham-saham berkapitalisasi besar mencatatkan penguatan dan sebagai penggerak indeks saham. Saham-saham itu antara lain saham ELSA naik 6,98 persen ke level Rp 322 per saham, saham ADRO menguat 6,09 persen ke level Rp 610 per saham, dan saham MIKA mendaki 4,16 persen ke level Rp 28.150 per saham.
Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham ITMG turun 5,48 persen ke level Rp 8.625 per saham, saham INCO melemah 5,38 persen ke level Rp 1.320 per saham, dan saham PWON tergelincir 4,66 persen ke level Rp 348 per saham.
Analis PT BNI Securities, Thendra Chrisnanda menuturkan IHSG melemah dipicu dari bursa saham Asia tertekan. Hal itu lantaran data manufaktur China menunjukkan perlambatan sehingga menambah kekhawatiran pelaku pasar. "Bila data manufaktur sebuah negara di bawah 50 maka ada kemungkinan kontraksi. Hal itu jadi fokus pelaku pasar terutama domestik sehingga cenderung wait and see," ujar Thendra saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan dari domestik, Thendra mengatakan, inflasi Agustus tercatat rendah di level 0,39 persen juga belum mampu mengangkat IHSG. Inflasi Agustus 2015 rendah menunjukkan kalau daya beli masyarakat rendah. "Masyarakat cenderung menahan konsumsi di tengah ekonomi fluktuaktif," kata Thendra.
Ia menambahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tembus 14.00 juga menjadi perhatian pelaku pasar. Diperkirakan nilai tukar rupiah dapat tembus 14.300 hingga akhir tahun 2015.
Bursa saham Asia pun cenderung melemah pada perdagangan saham hari ini. Indeks saham Nikkei turun 0,39 persen ke level 18.095. Diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,18 persen ke level 20.934,94 dan indeks saham Singapura susut 0,04 persen ke level 2.881. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kisaran 14.132. (Ahm/Gdn)