Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan saham menjelang akhir pekan, dengan indeks saham S&P 500 membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Juli. Kenaikan bursa saham AS ini seiring investor mempertimbangkan apakah bank sentral AS/The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pekan depan.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 102,69 poin (0,63 persen) ke level 16.433,09. Diikuti indeks saham S&P 500 menguat tipis 8,76 poin (0,45 persen) ke level 1.961,05. Indeks saham Nasdaq mendaki 26,09 poin atau (0,54 persen) ke level 4.822,34.
Baca Juga
Sepanjang pekan ini, indeks saham Dow Jones menguat 2,1 persen, indeks saham S&P 500 naik 2,1 persen, dan indeks saham Nasdaq mendaki 3 persen. Sentimen pertemuan bank sentral AS pada pekan depan menjadi fokus perhatian pelaku pasar. Apakah bank sentral AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade menjadi berita yang ditunggu pelaku pasar.
Advertisement
"Ini benar-benar fokus perhatian pelaku pasar terhadap pertemuan bank sentral AS. Itu yang sedang ditunggu," ujar Tim Chriskey, Kepala Riset grup Solaris seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (12/9/2015).
Ia mengatakan, ada spekulasi bank sentral AS menunda suku bunga. Bila bank sentral AS melakukannya maka ada kemungkinan saham reli. "Tetapi bagi kami itu bukan pertanyaan tentang apakah The Fed menaikkan suku bunga tetapi ketika ini akan terjadi," kata Ghriskey.
Bank sentral AS menyatakan akan menaikkan suku bunga sambil melihat pemulihan ekonomi yang berkelanjutan terutama data tenaga kerja. Data ekonomi mengisyaratkan pertumbuhan ekonomi yang moderat dan inflasi jinak. Sentimen konsumen AS pun turun ke level terendah dalam satu tahun pada awal September. Sedangkan harga produsen cenderung datar pada Agustus.
Pada perdagangan hari ini, saham energi turun setelah Goldman Sachs memangkas harga minyak hingga tahun depan. Goldman Sachs memperkirakan pasar minyak masih diliputi kelebihan pasokan dan kekhawatiran ekonomi China.
Harga minyak mentah dapat turun ke level US$ 20 per barel.Sentimen itu memukul sektor saham energi. Saham ConocoPhilips turun 2,2 persen menjadi US$ 47,36. Penurunan saham ini terbesar di indeks saham S&P 500. (Ahm/Igw)