Liputan6.com, Jakarta - Sentimen nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan kepastian soal kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) masih mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa pekan ini.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, IHSG menguji level support 4.111 yang merupakan level terendah pada 2015. Adapun level resistance di kisaran 4.150-4.165. Saat ini belum ada sentimen positif yang dapat mengangkat IHSG.
Baca Juga
"Sentimen negatif dari dalam negeri, terutama rupiah dan bursa saham regional. Bila level support IHSG jebol maka potensi tren IHSG melemah ke 3.900-3.950 dan menguji level psikologis 4.000," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (29/9/2015).
Advertisement
Satrio menuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih tertekan membuat pelaku pasar khawatir hal itu berdampak terhadap non-performing loan atau rasio kredit macet perbankan. Ini masih ditambah ekonomi melambat yang akan berlangsung lama.
Analis PT HD Capital Tbk, Yuganur Widjanarko, menuturkan, aksi jual berkelanjutan akibat ketidakpastian bank sentral AS dan kinerja keuangan emiten barang konsumsi dan keuangan diperkirakan membuat telah mendorong IHSG berada di posisi ke level terendah dalam setahun terakhir.
Meski demikian, ia melihat ada potensi kenaikan dari kondisi jenuh jual di sejumlah saham berkapitalisasi besar yang juga sebagai penggerak IHSG. "IHSG akan menguji level support 4.110-4.025-3.925 dan resistance 4.235-4.350-4.425," tutur Yuganur.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (28/9/2015), IHSG merosot 88,93 poin (2,11 persen) ke level 4.120,50. Indeks saham LQ45 turun 2,73 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Rekomendasi Saham
Dengan melihat kondisi tersebut, Yuganur memilih sejumlah saham-saham berkapitalisasi besar untuk dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Sementara itu, Satrio merekomendasikan pelaku pasar untuk melirik saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Pelaku pasar berharap rilis paket kebijakan ekonomi jilid II, pelaku pasar dapat melirik saham-saham sektor konstruksi.
Rekomendasi Teknikal
Yuganur memilih saham PT Astra International Tbk. Koreksi cukup dalam selama tiga minggu lebih di emiten otomotif ini cukup menarik untuk dilihat sebagai kesempatan bargain hunting untuk naik ke level Rp 5.600. Ia merekomendasikan masuk saham PT Astra International Tbk di level pertama Rp 5.175, level kedua Rp 5.075, dan cut loss point Rp 4.975. "Rekomendasi beli dengan trading target Rp 5.600," kata Yuganur. (Ahm/Igw)*