Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengembangkan proyek di Kelapa Gading, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) memperluas ekspansinya ke Bekasi dan Bandung. Proyek-proyek terbaru tersebut akan menjadi penopang pertumbuhan kinerja perseroan ke depan.
Perseroan telah mulai mengembangkan Summarecon Bekasi sejak Maret 2010. Pada tahap pertama, perseroan telah membangun 200 hektar (ha) area pengembangan. Area itu dibangun rumah residensial, apartemen, dan saat ini masih juga ada sedang dalam tahap membangun. Perseroan mengklaim kalau mereka masih memiliki 400 cadangan lahan yang dapat dikembangkan dalam 10 tahun. Di Summarecon Bekasi, perseroan memiliki Summarecon Mal Bekasi dan Plaza Summarecon Bekasi.
Selain itu, mengutip riset PT Sinarmas Sekuritas pada 28 September 2015, perusahaan properti yang dipimpin Adrianto Pitoyo Adhi ini akan membuka proyek di Bandung pada akhir kuartal IV 2015. Lokasi proyek perseroan berada di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, atau sekitar 12 kilometer (KM) dari kota Bandung.
Advertisement
Cadangan lahan di Bandung tersebut memiliki area sekitar 300 hektar, dan diperkirakan memiliki 10 tahun untuk pengembangan. Dua proyek tersebut akan menjadi mesin penggerak kinerja perseroan ke depan.
Analis PT MNC Securities, Gilang Anandito menuturkan, salah satu proyek perseroan di Bandung akan meningkatkan kinerja perseroan."Proyek perumahan di Bandung yang akan launching pada November, yang tinggal beberapa bulan lagi, pastinya (Summarecon) akan menggenjot penjualan," kata Gilang saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Kamis (1/10/2015).
Selain proyek pengembangan di Bekasi dan Bandung, perseroan juga telah mengembangkan Summarecon Serpong . Analis PT Sinarmas Sekuritas, James Wahjudi menuturkan Summarecon Serpong telah menjadi salah satu kontributor terbesar marketing sales atau penjualan dalam beberapa tahun ini menggantikan Summarecon Kelapa Gading.
James memprediksi, Serpong akan menjadi mesin pertumbuhan pendapatan perseroan dalam jangka menengah. Hal itu mengingat perseroan mencatatkan total cadangan lahan terbesar mencapai 537 hektar atau 29 persen dari total cadangan lahan di antara area pengembangannya. Target penjualan Summarecon Serpong bahkan terbesar dengan memberikan kontribusi sekitar 62 persen.Perseroan menargetkan mengembangkan 537 ha cadangan lahan dalam waktu 10-15 tahun. Pengembangan lahan itu diperkirakan sekitar 35-55 ha per tahun.
"Bila cadangan lahan itu dieksekusi baik, kami percaya pendapatan meningkat dalam jangka menengah," ujar James.
Seperti halnya di Kelapa Gading, perseroan juga investasi properti di Serpong untuk pendapatan berkelanjutan. Summarecon Mal Serpong, Summarecon Digital Cente@Serpong, dan St Carolus Hospital Serpong tersedia di area tersebut.
Dampak Pajak Properti di Atas Rp 10 Miliar
James juga menilai, revisi aturan pungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) properti mewah yang dijual mulai dari Rp 10 miliar ke atas yang dikenakan pajak 20 persen juga tidak terlalu berdampak kepada PT Summarecon Agung Tbk.
Dalam laporannya menyebutkan kalau kontribusi penjualan properti senilai Rp 10 miliar hanya 2 persen dari total penjualan. Kontribusi penjualan perseroan terbesar dari toko mencapai 38,18 persen, rumah 22,40 persen, dan apartemen 11,20 persen, sisanya lahan.
Gilang menuturkan, segmen Summarecon menyasar rumah tapak sehingga pengenaan pajak 20 persen untuk properti di atas Rp 10 miliar tidak begitu besar berdampak ke perseroan.
Rekomendasi Saham Summarecon Agung
Rekomendasi Saham Summarecon Agung
Revisi Target Penjualan
Perseroan mengharapkan total penjualan mencapai Rp 4,5 triliun pada 2015 dari target sebelumnya Rp 5,5 triliun. Hal itu dipicu dari ekonomi cenderung melambat. Kontributor terbesar penjualan pada 2015 itu diperkirakan berasal dari Summarecon Serpong sebesar 62 persen, diikuti Summarecon Bekasi sebesar 18 persen, dan Summarecon Bandung sebesar 16 persen.
Sementara itu, Summarecon Kelapa Gading yang merupakan salah satu area pengembangan terlama memiliki sisa lahan sekitar 8 hektar, dan diprediksikan memberikan kontribusi sekitar empat persen pada tahun ini.Hingga Agustus 2015, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 2,8 triliun atau sekitar 62 persen dari target perseroan.
Kontribusi penjualan antara lain dari Summarecon Serpong mencapai 82 persen atau Rp 2,3 triliun, diikuti Bekasi dan Kelapa Gading masing-masing 11 persen dan tujuh persen.Untuk mencapai target penjualan itu, perseroan akan meluncurkan sejumlah proyek antara lain proyek The Springs, yang penjualannya diperkirakan Rp 990 miliar, satu cluster residensial di Bekasi mencapai Rp 500 miliar dan satu proyek di Bandung sekitar Rp 800 miliar.
Pendirian Summarecon Invesment Property
Perseroan berencana mengalihkan investasi properti ke anak usaha Summarecon Investment Property. Pada tahap pertama aset yang akan dialihkan dari induk usaha ke Summarecon Investment Property antara lain mal kelapa gading 3&5, La Piazza, Gading Food City pada akhir 2015. Kemudian tahap kedua, Mal Kelapa gading 1 dan 2 akan dialihkan ke Summarecon Investment Property pada Oktober 2019 seiring jatuh tempo obligasi atau surat utang Summarecon Agung.
"Kami melihat langkah perseroan itu positif. Summarecon Agung akan fokus untuk pengembangan properti dan Summarecon Investment Property fokus di investasi properti. Anak usaha yang sahamnya dimiliki 100 persen oleh Summarecon Agung ini telah mempunyai empat mal, tiga hotel, dan tiga menara perkantoran," jelas James.
Meski demikian, perseroan juga menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Ekonomi Indonesia melambat, diikuti permintaan properti dan rupiah alami depresiasi akan menekan kinerja perseroan.
Rekomendasi Saham
Dengan melihat kondisi itu, James merekomendasikan beli untuk saham PT Summarecon Agung Tbk. Target harga saham PT Summarecon Agung Tbk Rp 1.430 per saham, dan memiliki potensi naik sekitar 32 persen. "Target harga saham itu merefleksikan 10,7 kali PER pada 2016," kata James.
Hal senada dikatakan Gilang. Ia merekomendasikan beli saham PT Summarecon Agung Tbk. Hal itu didukung dari sektor properti dan infrastruktur masih cerah."Sektor saham properti dan infrastruktur masih oke. Untuk saham SMRA kami merekomendasikan buy dengan target di Rp 1.500 hingga Rp 1.800 hingga akhir tahun," tegas Gilang. (Ilh/Ahm)
Advertisement