Sukses

Harga Nikel Rendah, Laba Bersih Vale Indonesia Turun 60%

PT Vale Indonesia Tbk membukukan penjualan nikel menjadi 59.796 metrik ton selama sembilan bulan pertama tahun 2015.

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan laba bersih turun mencapai 60,21 persen lantaran harga nikel masih rendah. Laba bersih perseroan susut menjadi US$ 51,85 juta atau sekitar Rp 699,33 miliar (asumsi kurs Rp 13.485 per dolar Amerika Serikat) hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 130,35 juta.

Pendapatan turun 20,60 persen menjadi US$ 613,13 juta atau sekitar Rp 8,26 triliun hingga September 2015. Kinerja susut ini dipicu dari harga realisasi rata-rata per metrik ton melemah 21,83 persen menjadi US$ 10.254 hingga September 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 13.119.

Sementara itu, perseroan mencatatkan penjualan nikel naik menjadi 59.796 metrik ton (Mt) selama sembilan bulan pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 58.867 Mt. Produksi nikel mencapai 58.875 mt hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 58.141 mt.

Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter menuturkan pihaknya terus melanjutkan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi. Pada kuartal III 2015, perseroan dapat menurunkan beban pokok pendapatan kas per unit secara kuartalan yang lebih rendah dari periode sama tahun sebelumnya.

"Untuk laba pada kuartal III 2015 mencapai US$ 10 juta. Laba kami tetap positif di tengah siklus harga komoditas yang sulit karena kami sangat fokus dalam implementasi strategi bisnis perseroan," ujar Nico dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/10/2015).

PT Vale Indonesia Tbk tetap mempertahankan target produksi tahunan sekitar 80 ribu mt nike. Akan tetapi, perseroan juga sedang memantau musim kemarau yang diprediksi akan berkepanjangan. Ini dapat mempengaruhi ketersediaan listrik dari bendungan-bendungan pembangkit listrik tenaga air di sekitar Soroako.

"Kami sedang mengkaji alternatif-alternatif yang ada dan kemungkinan dampaknya terhadap produksi," ujar Nico.

Selain itu, PT Vale Indonesia Tbk juga terus mengevaluasi rencana belanja modal pada 2015. PT Vale Indonesia Tbk akan mengurangi perkiraan belanja modal berkelanjutannya sekitar 6,5 persen menjadi sekitar US$ 110,8 juta. Hingga sembilan bulan pertama tahun 2015, perseroan telah mengeluarkan sekitar US$ 76,2 juta untuk belanja modal berkelanjutan.

"Perseroan juga akan menunda semua belanja modal untuk pertumbuhan ke tahun-tahun berikutnya. Itu karena beberapa izin dan lisensi yang diperlukan untuk pembangunan belum diperoleh. Pengurangan ini tidak akan mempengaruhi pemenuhan terhadap peraturan, pengurangan biaya, produksi dan kelanjutan operasi," jelas Nico. (Ahm/Igw)