Sukses

Penghasilan Bunga Topang Laba Bersih Kalbe Farma

Penjualan naik tipis 2,9 persen menjadi Rp 13,12 triliun hingga kuartal III 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 0,83 persen menjadi Rp 1,49 triliun hingga kuartal III 2015. Laba naik ditopang penghasilan bunga.

Penjualan naik tipis 2,9 persen menjadi Rp 13,12 triliun hingga kuartal III 2015. Beban pokok penjualan naik menjadi Rp 6,71 triliun dari periode kuartal III 2014 di kisaran RP 6,62 triliun. Laba kotor pun naik menjadi Rp 6,41 triliun hingga September 2015.

Perseroan mencatatkan kenaikan penghasilan bunga menjadi Rp 60,37 miliar hingga September 2015 dari posisi sama tahun sebelumnya Rp 41,99 miliar. Dengan melihat kinerja itu, laba bersih per saham tetap di kisaran 32.

Berdasarkan laporan dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (30/10/2015), Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius menuturkan, pertumbuhan tipis itu lantaran daya beli masyarakat melemah. Selain itu, penarikan salah satu obat resep dan berakhirnya kontrak distribusi dengan salah satu prinsipal pihak ketiga yang tidak dilanjutkan sejak akhir tahun 2014 juga berdampak pada perseroan.

Ia menambahkan, pertumbuhan laba bersih juga ditopang dari perbaikan beban keuangan dan penghasilan bunga. Ditambah kenaikan pendapatan operasi lainnya.

Di pos liabilitas, perseroan mencatatkan total liabilitas naik menjadi Rp 811,11 miliar pada 30 September 2015 dari posisi 31 Desember 2014 di kisaran Rp 703,75 miliar. Ekuitas perseroan tercatat Rp 1,16 triliun pada 30 September 2015. Perseroan mengantongi kas sebesar Rp 4,17 triliun pada 30 September 2015.

Perseroan pun memperkirakan pertumbuhan penjualan bersih 2 persen-3 persen dengan pertumbuhan laba bersih negatif 3 persen-4 persen. Target marjin laba operasional direvisi menjadi 14 persen-15 persen. Target tersebut diperkirakan perseroan dengan mempertimbangkan situasi makro ekonomi yang belum stabil, nilai tukar rupiah yang berfluktuasi serta kondisi kompetisi pasar. (Ahm/Zul)

 
Â