Sukses

Rilis Data Ekonomi China Tekan Bursa Asia

Pelaku pasar merespons negatif rilis data ekonomi China sehingg dorong indeks saham MSCI Asia Pacifik turun 0,1 persen.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia merosot mengawali pekan ini setelah rilis data ekonomi China keluar pada pekan lalu. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) cenderung defensif terhadap yen setelah bank sentral Jepang memutuskan tetap mengeluarkan kebijakan sama.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen. Diikuti indeks saham Australia melemah 0,5 persen. Indeks saham Selandia Baru/NZX 50 sedikit berubah, sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,2 persen.

Berdasarkan survei pada akhir pekan lalu, secara tak terduga aktivitas di sektor manufaktur China mengalami kontraksi pada Oktober. Hal itu memicu kekhawatiran ekonomi dapat mengalami kehilangan momentum pada kuartal IV.

Sementara itu, pasar juga akan menghadapi rilis data ekonomi aktivitas manufaktur oleh swasta pada awal pekan ini. Selain itu, pelaku pasar juga akan fokus terhadap data ekonomi AS termasuk rilis penyerapan tenaga kerja non sektor pertanian pada Jumat pekan ini.

Rilis data ekonomi itu dapat mempengaruhi sikap bank sentral terhadap kebijakan suku bunganya. Analis Barclays menyebutkan kalau data ekonomi AS menjadi arti penting bagi keputusan bank sentral AS pada Desember, dan dapat mendorong pasar keuangan dan tingkat volatilitas yang lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang.

"Pernyataan pejabat bank sentral AS pada Oktober agak lebih agresif dari harapan kami. Dengan jelas penilaian terhadap risiko global telah dikesampingkan, kami pikir ada upaya jelas kalau bank sentral AS beri sinyal menaikkan suku bunga pada Desember," tulis Analis Barclays seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (2/11/2015).

Di pasar uang, dolar AS cenderung bertahan di 120,55 terhadap yen setelah susut 0,4 persen pada Jumat pekan lalu. Adapun Euro naik 0,2 persen menjadi US$ 1,1020. Sedangkan harga minyak turun Amerika Serikat (AS) turun 0,8 persen menjadi US$ 46,22 per barel. (Ahm/Igw)

Video Terkini