Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuaktif di awal pekan perdagangan saham ini. Hal itu juga dipengaruhi dari bursa saham Asia tertekan dan rilis deflasi Oktober mencapai 0,08 persen turut membantu IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (2/11/2015), IHSG naik tipis 9,77 poin (0,22 persen) ke level 4.464,95. Indeks saham LQ45 menguat 0,35 persen ke level 762,41.
Sebagian besar indeks saham acuan menghijau kecuali indeks saham Pefindo25 susut 0,13 persen ke level 357,30.Ada sebanyak 162 saham melemah sehingga membuat IHSG hanya naik tipis. Sedangkan 111 saham menghijau sehingga membantu pergerakan IHSG.
Advertisement
Adapun 68 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 4.470,41 dan terendah di level 4.422,25. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 228.450 kali dengan volume perdagangan 4,74 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,28 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau yang dipimpin kenaikannya oleh sektor saham aneka industri naik 4,46 persen, disusul sektor saham infrastruktur menguat 1,7 persen, dan sektor saham manufaktur mendaki 1,26 persen.Sedangkan sektor saham keuangan susut 1,05 persen dan sektor saham perdagangan melemah 0,54 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 300 miliar. Pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 200 miliar.
Saham-saham berkapitalisasi besar mulai menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham ASII naik 5,93 persen ke level Rp 6.250 per saham, saham TLKM mendaki 2,24 persen ke level Rp 2.740 per saham, dan saham WSKT menguat 3,37 persen ke level Rp 1.685 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ANTM melemah 5,03 persen ke level Rp 359 per saham, saham WTON melemah 5,1 persen ke level Rp 930 per saham, dan saham ASRI turun 3,34 persen ke level Rp 376 per saham.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan pergerakan IHSG cenderung menguat terbatas dibantu oleh rilis data makro ekonomi yakni deflasi Oktober mencapai 0,08 persen.
Meski demikian, pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual di tengah pergerakan bursa saham Asia melemah. Bursa saham Asia melemah lantaran data ekonomi China terutama indeks manufaktur China alami kontraksi.
"Transaksi perdagangan saham juga sepi lantaran belum banyak sentimen positif. Pelaku pasar merespons negatif bursa saham Asia yang cenderung tertekan karena data ekonomi China," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Igw)