Sukses

Sampoerna Gunakan Dana Rights Issue untuk Modal Kerja

Terhitung Oktober 2015, kapitalisasi pasar saham HMSP tercatat Rp 428 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) telah menerbitkan saham baru atau rights issue pada akhir Oktober lalu. Dana hasil penerbitan saham baru tersebut akan digunakan untuk belanja modal perseroan dan bukan untuk ekspansi produksi.

Presiden Direktur HMSP, Paul Norman Janelle mengatakan, dalam aksi korporasi kemarin, produsen rokok merek Sampoerna tersebut memperoleh dana segar senilai Rp 20,76 triliun. Dana hasil rights issue tersebut tidak akan digunakan oleh perseroan untuk menambahkan kapasitas produksi rokok perseroan. Namun, dana tersebut akan digunakan perseroan sebagai dana cadangan dan juga belanja modal. 

"Untuk tujuan modal, dan operasi hari ke hari. Tidak ada rencana untuk meningkatkan kapasitas. Benar-benar modal kerja," jelasnya, di Jakarta, Jumat (13/11/2015).


Dalam aksi rights issue tersebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal memasukkan saham HMSP dalam penghitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Penghitungan itu dilakukan secara bertahap mengingat kapitalisasi pasar saham perseroan cukup besar. Langkah rights issue itu dilakukan untuk memenuhi persyaratan minimum pencatatan saham beredar atau free float dari 1,182 persen menjadi 7,5 persen.

Terhitung Oktober 2015, kapitalisasi pasar saham HMSP tercatat Rp 428 triliun atau 9,1 persen dari total kapitalisasi pasar saham BEI sekitar Rp 4.702 triliun.

Dengan kondisi demikian, BEI akan memasukkan saham HMSP dalam empat tahap. Pertama, jumlah saham perseroan yang diperhitungkan dalam indeks mencapai 25 persen pada 4 November 2015. Kemudian bobot jumlah saham HMSP yang diperhitungkan dalam indeks mencapai 50 persen pada 18 November 2015, dan mencapai 75 persen dalam indeks saham pada 2 Desember 2015. Jumlah saham HMSP yang diperhitungkan dalam indeks saham mencapai 100 persen pada 16 Desember 2015.

"Kapitalisasi pasar saham HMSP yang relatif besar dan untuk menjaga tidak terjadinya fluktuasi indeks yang signifikan," ujar Kepala Divisi Operasional Perdagangan BEI Eko Siswanto. (Amd/Gdn)

Video Terkini