Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak melemah di awal pekan ini. Hal itu karena nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan bursa saham Asia tertekan.
Pada penutupan IHSG, Senin (30/11/2015), IHSG melemah 114,10 poin atau 2,5 persen ke level 4.446,45. Indeks saham LQ45 merosot 4,01 persen ke level 755,46. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan di awal pekan ini.
Baca Juga
Ada sebanyak 177 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 84 saham menguat dan 69 saham lainnya diam di tempat.Transaksi perdagangan saham pada hari ini cukup ramai.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 225.549 kali dengan volume perdagangan saham 7,06 miliar saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 9,67 triliun.
Berdasarkan data RTI, seluruh sektor saham kompak melemah. Sektor saham keuangan melemah tajam sekitar 3,97 persen dan memimpin penurunan sektor saham, disusul sektor saham aneka industri tergelincir 3,96 persen, dan sektor saham industri dasar susut 2,89 persen.
Baca Juga
Investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih mencapai Rp 1,3 triliun.Saham-saham yang menguat dan jadi penggerak indeks saham antara lain saham HMSP naik 5,05 persen ke level Rp 101.900, saham SDMU menguat 4,42 persen ke level Rp 449 per saham, dan saham SSIA mendaki 2,63 persen ke level Rp 585 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar menekan IHSG di awal pekan ini, saham ASII turun 4,82 persen ke level Rp 5.925 per saham, saham ANTM tergelincir 6,8 persen ke level Rp 315 per saham, saham PGAS susut 9,85 persen ke level Rp 2.655 per saham, dan saham BBCA melemah 5,89 persen ke level Rp 12.375 per saham.
Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee mengatakan, pelemahan IHSG didorong dari kekhawatiran rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember 2015. Ekonomi China melambat seiring data-data ekonomi yang keluar kurang baik.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya mengatakan, IHSG tertekan tersebut dipicu sejumlah hal. Pertama, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Diikuti harga komoditas terutama minyak melemah cukup mempengaruhi IHSG.
"Pelaku pasar juga menanti data inflasi. Kalau data inflasi baik maka IHSG berpotensi menguat," ujar William.
Sementara itu, nilai tukar rupiah berada di posisi 13.848 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan bursa saham Asia cenderung bervariasi. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,69 persen ke level 19.747,47. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,33 persen k elevel 21.996,42. Indeks saham Singapura menguat 0,34 persen ke level 2.868,92. (Ahm/Igw)