Sukses

The Fed Bakal Dongkrak Suku Bunga, Ini Dampak ke IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan dibayangi perang mata uang pada 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menggelar pertemuan pada 15-16 Desember 2015. Pada pertemuan tersebut, bank sentral AS diprediksi akan menaikkan suku bunganya. Lalu apa dampak untuk pasar modal Indonesia?

Sejumlah analis menilai, bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya secara bertahap. Pada tahun ini, suku bunga bank sentral akan naik sekitar 0,25 persen. Kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut diprediksi dapat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, IHSG akan mengalami tekanan tetapi tidak besar saat terjadi kenaikan suku bunga bank sentral AS. Hal itu lantaran pelaku pasar sudah mengantisipasi peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS sejak satu tahun terakhir sehingga sudah menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut.

"Tekanan tidak akan besar, dan sesaat habis itu IHSG akan naik," kata Hans saat dihubungi Liputan6.com, Senin (14/12/2015).

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su. Ia menuturkan, IHSG akan turun sementara usai kenaikan suku bunga bank sentral AS. Dengan bank sentral AS menaikkan suku bunga, Harry menilai hal itu beri kepastian di pasar modal.

Akan tetapi, harga minyak tertekan juga membayangi IHSG. Karena itu, ia memprediksi, IHSG dapat menembus level 4.250 pada akhir tahun 2015."Bisa saja IHSG ke 4.250, tetapi target IHSG kami masih di 4.500," kata Harry.

Harry memprediksi, bank sentral AS menaikkan suku bunganya secara bertahap, dan pertama kali menaikkan suku bunga sekitar 0,25 persen pada 2015. Hans juga memprediksi, bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sekitar 0,25 persen.

Terkait target IHSG tahun depan, Harry memperkirakan IHSG berada di kisaran 5.100. Hal itu didukung dengan earning per share (EPS) tumbuh 14 persen. "Pada 2015, pertumbuhan EPS turun 7,5 persen. Pertumbuhan EPS sekitar 14 persen pada tahun depan karena low base," kata Harry.

Harry menuturkan, sejumlah risiko yang patut dicermati pada tahun depan antara lain dari internal penerimaan pajak tak sesuai target dan politik. Sedangkan dari eksternal yaitu perang mata uang dan yuan.

Seperti diketahui, IHSG cenderung tertekan pada 2015 terutama di semester II 2015. IHSG melemah 15,94 persen menjadi 4.392,52 secara year to date pada penutupan perdagangan saham Jumat 11 Desember 2015.

Sejumlah sektor saham paling tertekan antara lain sektor saham tambang melemah 41,74 persen, dan memimpin penurunan sektor saham, disusul sektor saham perkebunan susut 31,93 persen, dan sektor saham industri dasar tergerus 28,59 persen. Sedangkan investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 22,70 triliun. (Ahm/Igw)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6