Liputan6.com, New York - Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup turun tajam pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) dipicu anjloknya harga minyak dunia, seusai rilis data menambah kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan energi di pasar.
Melansir laman Reuters, sebagian besar indeks saham AS turun setidaknya 2 persen, dengan indeks Nasdaq mengalami penurunan terbesar hingga lebih dari 3 persen.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 338,85 poin atau 2,05 persen, ke posisi 16.77,37 poin. Sedangkan indeks S & P 500 turun 45,81 poin atau 2,36 persen menjadi 1.892,87 poin dan Nasdaq Composite kehilangan 152,86 poin atau 3,26 persen ke level 4.533,06.
Penurunan pasar saham AS terjadi usai harga patokan minyak mentah Brent tergelincir di bawah US$ 30 per barel, sehari setelah harga minyak sempat berada di atas level harga itu.
Volatilitas harga minyak dibayangi membaiknya data perdagangan China yang sebelumnya dikhawatirkan para investor dan awalnya mengangkat sentimen di pasar saham dan komoditas.
Penurunan harga minyak dan kekhawatiran tentang ekonomi China telah mengguncang pasar ekuitas, yang telah gagal mempertahankan kenaikan yang signifikan di awal 2016.
"Ada ketakutan bahwa ekonomi global dan ekonomi AS juga bisa terjerumus ke dalam resesi mengingat penurunan harga energi dan pelemahan ekonomi yang lebih besar di luar negeri," kata Tim Ghriskey, Kepala Investasi Solaris Asset Management di New York.
Kekhawatiran tentang kelebihan pasokan telah menarik turun harga minyak ke posisi terendah dalam 12 tahun.
Harga minyak mentah AS ditutup naik 0,1 persen menjadi US$ 30,48 per barel, mengupas keuntungan sebelumnya. Sementara harga minyak Brent menetap 1,8 persen di posisi US$ 30,31 per barel, setelah jatuh ke posisi US$ 29,96 per barel.
Data menunjukkan persediaan minyak mentah naik 234.000 barel pekan lalu, jauh lebih sedikit dari harapan, dibayangi rilis laporan adanya stok 8,4 juta barel bensin dan lebih dari 6 juta dalam penyulingan, termasuk diesel.
Advertisement
Baca Juga
Investor juga telah melihat beberapa tanda-tanda menggembirakan dalam data perekonomian di China. Di mana, ekspor negara ini turun 1,4 persen dari tahun sebelumnya, berdasarkan data Administrasi Umum Bea Cukai China.
Angka ini lebih baik daripada jajak pendapat yang digelar Reuters yang memperkirakan penurunan akan mencapai 8 persen dan dimoderatori penurunan bulan November sebesar 6,8 persen.
Investor, yang telah berharap jika pasar saham akan bangkit karena kondisi oversold pasar, mencari kepercayaan dari laporan laba kuartal keempat sektor perbankan yang akan dimulai pada akhir pekan ini.
Di sisi lain, meskipun melemah akibat harga minyak, saham Eropa masih tertolong didorong kenaikan kinerja bisnis perusahaan asuransi Belanda Aegon. Indeks MSCI untuk saham global turun 0,8 persen.(Nrm/Zul)