Liputan6.com, Jakarta - PT XL Axiata Tbk (EXCL) berencana menambah modal dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Jumlah saham yang akan dikeluarkan sebanyak-banyak 2,75 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Dana hasil rights issue itu antara lain digunakan untuk pembayaran kembali utang perseroan kepada pemegang saham senilai US$ 500 juta. Dalam pelaksanaan rights issue ini, Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd, sebagai pemegag saham akan melaksanakan haknya sesuai porsi bagian kepemilikan sahamnya dalam rights issue. Akan tetapi, perseroan belum menentukan harga saham untuk rights issue.
"Harga saham belum ditetapkan. Target dana US$ 500 juta. Credit Suisse dan PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai pembeli siaga," ujar VP Corporate Communication PT XL Axiata Tbk Turina F saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement
Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/2/2016) bila pemegang saham perseroan, Axiata tidak melaksanakan rights issue yang dimiliki olehnya dalam rights issue maka kepemilikan pemegang saham perseroan akan dilusi dengan jumlah maksimum 8,2 persen.
Baca Juga
Ada pun sisa saham yang tidak diambil oleh pemegang saham dalam rights issue direncanakan dijamin sepenuhnya oleh pembeli siaga. Pemegang saham sebelum pelaksanaan rights issue antara lain Axiata Investments sebesar 66,4 persen dan masyarakat sebesar 33,6 persen.
Untuk melakukan aksi korporasi ini, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 10 Maret 2016. Perkiraan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada awal Mei 2016. Pencatatan rights issue di BEIÂ diharapkan dapat dilakukan pada Mei 2016. Pada perdagangan saham Senin pekan ini, saham EXCL naik 0,68 persen ke level Rp 3.700 per saham.
Kinerja 2015
Perseroan juga telah menyampaikan laporan keuangan 2015 di awal pekan ini. Rugi perseroan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk berkurang dari Rp 803,71 miliar pada 2014 menjadi Rp 25,33 miliar pada 2015. Selain itu, perseroan membukukan laba komprehensif kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 7,87 miliar pada 2015.
Pendapatan turun 2,48 persen menjadi Rp 22,87 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,46 triliun. Laba usaha naik menjadi Rp 3,13 triliun pada 2015 dari posisi 2014 di kisaran Rp 1,58 triliun. Perseroan mengalami kenaikan rugi kurs menjadi Rp 2,54 triliun dari posisi 2014 di kisaran Rp 992,18 miliar.
Beban perseroan turun menjadi Rp 19,73 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 21,87 triliun.
Perseroan mampu menurunkan liabilitas jangka panjang dari Rp 34,18 triliun pada 31 Desember 2014 menjadi Rp 29 triliun pada 2015. Akan tetapi, liabilitas jangka pendek naik menjadi Rp 15,74 triliun pada 31 Desember 2014. Perseroan mengantongi kas Rp 3,31 triliun pada 31 Desember 2015. (Ahm/Igw)